Tampilkan postingan dengan label LIGA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label LIGA. Tampilkan semua postingan

PROFIL TIEN MEI, SI PELATIH BAWEL YANG MAMPU MENGUBAH PEMAIN MUDA

Tien Mei, Pelatih yang dikenal Bawel dan galak, namun mampu mengorbitkan banyak pemain muda menjadi bintang.
 Sorot matanya tajam, raut muka yang kaku, suaranya keras saat melatih, dialah Tien Mei si tangan besi, begitu julukan publik voli Indonesia kepada Tien mei Saat dirinya masih bermain untuk Jakarta Elektrik PLN pada musim 2004. Hal ini tak lain lantaran pukulan Tien Mei saat Mensmash bola sangat keras dan tajam, seperti halnya pemain Timnas China saat ini yaitu Zhu Ting.

Tien Mei dikenal cukup bawel dan “kejam” saat melatih Jakarta Elektrik PLN. Tak jarang pemainnya muntah-muntah seusai menjalani porsi latihan berat darinya.

“Pernah saya harus tetap di lapangan sampai dua jam karena tidak mencapai target enam pengembalian bola sempurna dari 10 kali percobaan. Kami baru berhenti latihan kalau semua target terpenuhi,” kata BerlianMarsheila, pemain Jakarta Elektrik PLN.

Meski bawel dan kejam, Berlian melihat pelatih asal Tiongkok itu mempunyai tujuan jelas untuk memperbaiki teknik dasar pemain melalui latihan yang disiplin. “Tien Mei sangat galak karena dia tidak ingin kami menjadi pemain yang cengeng dan mudah menyerah. Di lapangan, nasib tim memang tergantung dari kemampuan semua pemain,” ungkap Berlian lagi.

Kemampuan pelatih kelahiran kota Yunan, 24 Februari 1978, ini memang tak perlu diragukan. Tien Mei sangat mengenal karakter pemain-pemain Indonesia karena sebelumnya pernah bermain di Proliga, era 2004-2010. Ia pun sudah membuktikan diri sebagai pelatih andal dengan membawa Jakarta Elektrik PLN tiga kali juara Proliga, yakni tahun 2011, 2015, dan 2016. Dan terkahir musim ini Tien Mei kembali meraih gelar bersama tim yang sama.

Pada laga perdana Proliga musim 2017 melawan Jakarta Pertamina Energi di GOR Ken Arok Malang, Jawa Timur, Jumat (27/1), Tien Mei membuat penonton terkagum-kagum. Meski secara materi timnya kalah kuat dari Pertamina Energi, dia mampu membawa timnya menang setelah tertinggal 0-2 (20-25, 13-25). Elektrik PLN bangkit dan membalikkan keadaan untuk merebut tiga set berikutnya, 25-18, 25-22, 15-11.
Tien mei Mengarahkan pemainnya saat final Proliga 2017
Pada final proliga 2017 kemarin, terlihat jelas kemampuan Tien Mei dalam membimbing para pemainnya keluar dari tekanan. disaat kritis set kelima, Tien Mei tidak menekan para pemainnya, dia hanya mengatakan untuk bermain dengan gembira dan tidak usah memikirkan hasil. dengan pesannya tersebut, tim mampu keluar dari tekanan dan merebut set penentuan dan keluar sebagai juara kembali.

“Saya selalu bilang kepada pemain, jangan pernah menyerah sebelum laga benar-benar berakhir. Saya juga mengatakan untuk apa kalian berlatih capek-capek jika menyerah dengan mudah di pertandingan sesungguhnya. Jika kalian kalah, berarti harus berlatih lebih keras lagi,” kata Tien Mei.

Menurut Tien Mei, pemain-pemain Indonesia pada dasarnya memiliki bakat yang bagus. Namun, sebagian belum benar-benar menguasai teknik dasar bermain yang sempurna.

“Sebenarnya saya bawel dan galak karena ingin mereka berkembang. Mereka harus disiplin dan konsisten. Saya tidak suka dengan pemain yang cengeng dan mudah menyerah. Jika ada pemain seperti itu, lebih baik memang tidak usah bertemu saya atau menjadi atlet,” ungkap Tien Mei. Namun, ia pun mengaku kadang suka menangis jika kesulitan melatih mereka.

Dari metode latihan, porsi latihan teknik dasar yang diterapkan Tien Mei mencapai hampir 80 persen, yakni passing, umpan, blok, smes, dan bertahan. Sisanya, latihan fitness, seperti push-up, sit-up, lompat. dan joging. Sementara latihan permainan tim inti dilakukan dengan melawan 8-10 pemain.

Tien Mei juga dikenal piawai memotivasi pemain. Meski galak, ia sangat dekat dan perhatian kepada semua pemainnya. Dimata para pemain, Tien Mei merupakan seorang ibu sekaligus kaka yang mampu membimbing mereka. hal ini terbukti ketika para pemain mengalami masalah dalam asmara maupun kehidupan, para pemain tak sungkan untuk curhat masalah pribadi mereka kepada sang pelatih.

Hal ini bisa dimaklumi mengingat Tien Mei lebih memahami perasaan perempuan dibandingkan pelatih laki-laki. Dan hal itu pulalah yang membuat kedekatan emosional di lapangan semakin erat antara pelatih dan para pemainnya.
Tien Mei dan Risco Herlambang saat masih bersama di Jakarta Elektrik PLN
Kemampuan Tien Mei sebagai pelatih diakui betul oleh Pelatih Jakarta Pertamina Energi :Risco Herlambang". pada musim 2015 Risco merupakan Asisten pelatih Tien Mei di Jakarta Elektrik PLN. dan pada musim 2016-2017 Risco pindah ke pertamina dan berhasil membawa tim tersebut menantang Elektrik pada laga Final, Pada PON 2016 Jugalah Risco Berhasil membawa tim Puteri Jawa Barat meraih medali emas. Kemampuan Risco dalam memanajemen pemain puteri sedikit banyak dipelajari saat menjadi Asisten Tien Mei. 

Kini setelah malang melintang di dunia Voli Indonesia, dan setelah menjadikan Jakarta ELektrik PLN Juara Sejati dengan meraih Hatrick, maka nama Tien Mei sudah sangat layak untuk menangani timnas Putri di ajang Sea Games dan ASIAN Games Mendatang. hal ini tidak bisa dilepaskan dari prestasi yang telah ditorehkannya selama berkecimpung di dunia voli nasional. terlebih lagi, timnas putri Indonesia sudah tertinggal jauh dari Thailand dan bisa saja tersalip oleh kekuatan baru Filipina.

Sempat berhembus kabar, bahwa Musim Ini adalah musim terakhir Tien Mei melatih klub Indonesia, kabarnya beliau ingin mencari pengalaman baru di luar negeri dan sudah mendapatkan beberapa tawaran dari klub luar negeri yang nilainya sangat menggiurkan.

Namun saat disinggung mengenai peluangya untuk membesut Timnas, Tien Mei Hanya menyerahkannya kepada pengurus PBVSI, dan kalau memang dipercaya, dirinya siap mengemban tugas tersebut. karena Tien Mei sudah sangat mencintai Indonesia.




PROFIL DIAN WIJAYANTI, BIDADARI CANTIK JAKARTA ELEKTRIK PLN



Dian Wijayanti Ingin perkuat Timnas dan Meraih Medali emas : kompas.com

Pemain Jakarta Elektrik PLN, Dian Wijayanti, menjalani latihan ketat bersama klubnya, sekaligus menjalani kuliah. Dia juga menyimpan rencana menikah.

Dian tengah bersuka cita. Kerja keras dia dan rekan-rekannya selama enam bulan sejak seri pertama Proliga terbayar lunas. Mereka menjadi juara Proliga usai mengalahkan Jakarta Pertamina Energi dengan skor 3-2 pada final yang dihelat di GOR Amongrogo, Yogyakarta, Minggu (23/4/2017).

Namun, kewajiban Dian untuk terus berlatih keras usai menjadi juara belum benar-benar usai. Bahkan, bisa jadi Dian dan teman-temannya akan menjalani latihan lebih keras. Bersama-sama tim nasional putri dia akan menjalani latihan menuju SEA Games 2017 Kuala Lumpur.

"Untuk karier di voli, saya belum merasa cukup sih. Ini hat-trick gelar juara. SEA Games kemarin, enggak puas dengan hasilnya. Kalau ASIAN Games 2018 berat. Hehehe," kata Dian.

Selain itu, dia juga terdaftar sebagai mahasiswi jurusan Informatika di kampus Medan. Ke jurusan itu ada arahan sih dan itu ada beasiswa dan dispensinya termasuk mudah," kata Dian. 

"Saya masuk jurusan Informatika karena memang tertarik, memang suka utak-atik. Dari kecil udah suka utak-atik, sampai rusak-rusak dan nggak bisa benerin lagi. Kalau dulu saya masih kecil mainannya bukan mainan cewek, malah pegangnya mainan anak cowok, kayak tamiya dan segala macam," tutur dia. 

Sebelum mengambil kuliah di Medan, Dian pernah menjadi mahasiswa Perpajakan Universitas Trisakti. Tapi, di kampus tersebut Dian tak bsia menjalani karier volinya. 

"Di Trisakti itu sedikit sulit buat dapat dispensasi dan sebagainya, mau pelatnas juga sedikit sulit. Jadi saya mengundurkan diri dan pindah ke Medan, di sana lebih mudah untuk dapat dispensasi atau apa gitu," jelas dia.

Dengan dua kesibukan itu, Dian juga mulai merencanakan untuk mengakhiri masa lajang. Bisa jadi, dia akan dipinang oleh kekasihnya Oky Setia Primadi yang juga pemain voli tahun ini. 
Dian WIjayanti saat berlatih bersama Elektrik PLN
"Rencana nikah sih, dari Oki-nya mengajak kalau tidak tahun ini ya tahun depan. Cuma, ya bagaimana nanti saja deh. Dibilang nggak siap ya tidak, tapi dibilang siap banget atau ngebet juga enggak. Jadi ya, biasa aja gitu," ujar perempuan berambut sepunggung itu. 

"Kalau aku sih pengennya setelah nikah, udah enggak main voli lagi. Ya kalau mau voli terus sih juga bosen. Hehehe. Capek, latihannya juga berat. Ya tapi kita merasa itu terbayar. Terus kalau sudah selesai gitu,'wah, ternyata kemarin gue bisa juga ya ngelewatin itu'. Padahal kalau dipikir-pikir berat banget.

"Ya kalau nikah masih bisa main dan dibolehin, ya mungkin masih main. Cuma kalau hamil kan ya nggak mungkin main," tutur dia. 

Sumber : Sport.detik.com

PROFIL PAUL SANDERSON, LEGIUN ASING JAKARTA PERTAMINA ENERGI ASAL AUSTRALIA

Paul Sanderson (melakukan smash), mengaku betah bermain di Indonesia

Smash keras Paul Sanderson tak bisa diantisipasi para pemain Palembang Bank SumselBabel pada laga final Proliga 2017 di GOR Among Rogo, Yogyakarta, Minggu (23/4/2017).

Jakarta Pertamina Energi pun meraih poin terakhir yang memastikan meraka memenangi laga final dan mendapatkan gelar juara Proliga 2017. Pertamina menang dengan 3-0 (26-24, 25-15, 25-12).

Bagi Sanderson, ini merupakan tahun kedua dia membela Pertamina di Proliga, setelah 2015. Pada kiprah pertamanya, dia gagal membawa Pertamina juara.

Paul Sanderson berasal dari Melbourne, Australia. Voli sebenarnya bukanlah olahraga pertama yang dia tekuni. Ketika masih berusia empat tahun, dia sudah mengenal olahraga bola basket.

"Di kelas tujuh, ada guru yang punya klub bola voli dan dia mengajak saya bergabung. Ketika itu, saya masih melakukan dua-duanya, basket dan voli," kata Sanderson saat ditemui sebelum laga final.

"Setelah berusia 16 tahun, saya harus memilih salah satu karena tidak mungkin menjalani keduanya. Di basket, akan lebih sulit untuk masuk tim nasional karena persaingan lebih ketat. Akhirnya saya memilih voli," ujar dia.

Voli sudah mengantar Sanderson keliling dunia. Dia pernah bermain di liga negara lain, termasuk Puerto Rico dan Belgia. Tahun lalu, dia turut mengantar Knack Roeselare menjuarai Liga Belgia.

Setelah Proliga, Sanderson tak punya banyak waktu untuk bersantai-santai. Dia akan segera menjalani pemusatan latihan bersama tim nasional.

"Saya masih ingin bermain di Olimpiade (Tokyo 2020). Namun, semua tergantung kondisi badan saya," ujar pemain kelahiran 7 Januari 1986 tersebut.

"Saya sekarang 31 tahun. Saya sudah tua, tetapi tidak terlalu tua juga. Saya lihat ada yang berusia 40 tahun dan masih bisa bermain," ujar pemain yang memiliki spike tajam tersebut.

Meski sudah berstatus pemain internasional, Sanderson mengaku bisa menimba ilmu kala bermain di Proliga bersama Pertamina. Dia banyak berlatih untuk lebih sabar saat bermain dari pelatih Putut Marhaento.

"Dari pinggir lapangan, dia sering mengingatkan agar saya lebih tenang dan sabar sehingga bisa berpikir lebih jernih. Normalnya, saya pemain yang cukup intens," ucap Sanderson sambil tertawa.

Jika tahun depan diajak Pertamina bergabung untuk bermain di Proliga lagi, Sanderson dengan senang hati akan menjawab iya. Lokasi Indonesia yang tidak terlalu jauh dari Australia, jadi salah satu pertimbangan.

Sanderson juga senang dengan cuaca di Indonesia saat Proliga berlangsung. Kompetisi yang tidak terlalu lama juga jadi nilai plus.

"Sebelum ikut Proliga saya belum pernah ke Indonesia. Aneh memang, karena biasanya orang Australia senang berlibur ke Indonesia, ke Bali. Natal tahun lalu, saya berlibur ke Bali, tetapi hanya dua hari," kata pemain setinggi 195 cm tersebut.

Selain Sanderson, Pertamina punya satu lagi pemain asing yaitu Aleksandar Minic dari Montenegro. Minic banyak menyumbang poin untuk Pertamina pada laga final kemarin, terutama lewat servis-servis tajamnya.

MUNGKINKAH TIEN MEI ORANG YANG TEPAT MENANGANI TIMNAS PUTRI INDONESIA

Pelatih Jakarta Elektrik PLN Tien Mei, banyak disarankan untuk memimpin timnas Indonesia di ajang SEA Games nanti. : Juara.net
Manajer Jakarta Elektrik PLN, Heri Hermawan mengaku timnya tak memiliki masalah jika pelatih Tien Mei, melatih timnas voli putri Indonesia. Menurut dia, hal itu sah-sah saja.

Tien Mei sukses membawa Jakarta Elektrik meraih juara Proliga 2017. Mereka mengalahkan Jakarta Pertamina Energi pada final di GOR Amongrogo, Minggu (23/4/2017).

Ini adalah gelar ketiga beruntun yang diberikan Tien Mei kepada Jakarta Elektrik. Sebelumnya, pelatih asal Tiongkok itu mempersembahkan gelar 2015 dan 2016.


Kesuksesan tim voli putri Jakarta Elektrik PLN menjuarai Proliga 2017 sedikit banyak ditentukan tangan dingin pelatih Tien Mei. Pelatih asal China yang sering dipanggil “Kak Mei” oleh para pemainnya itu ibarat sudah tahu sisi-sisi terdalam Berlian Marsheila dan kawan-kawan.

Minggu (23/4) di GOR Amongrogo, Yogyakarta, Tien Mei memandu tim asuhannya memenangi grand final melawan Jakarta Pertamina Energi. Pada laga yang harus diselesaikan lima set, Elektrik PLN menang 3-2 (25-20, 24-26, 25-22, 18-25, 15-11).

"Tien Mei sudah beberapa tahun pegang Elektrik. Dia sudah tahu karateristik pemain Indonesia, sudah tahu pemain Indonesia, dan sangat tahu dengan manajemen kita. Jadi tidak ada kecanggungan. Jadi Tien Mei sosok yang dibutuhkan tim," kata Heri.

SEA Games rencananya akan digelar pada 19 sampai 31 Agustus 2017. Pada SEA Games 2015 lalu, timnas voli putri Indonesia meraih medali perunggu.

"Tien Mei cocok kalau pegang timnas. Dengan Jakarta Elektrik, kontraknya selesai bulan Mei. Lalu Agustus ada SEA Games. Kami tidak keberatan, kalau untuk negara tidak," tambah Heri.

Sentuhan personal Tien Mei menjadi salah satu kunci kejayaan Elektrik PLN. Setidaknya itu diungkapkan dua pemain tim ini, Berlian Marsheila dan Dian Wijayanti.

Sheila, panggilan akrab Berlian, menuturkan, semalam sebelum final, atau tepatnya Sabtu malam, Tien Mei memanggil seluruh pemainnya satu per satu. Menurut Sheila, itu selalu dilakukan sang pelatih sebelum laga puncak.

“Waktu itu saya ditanya, apa yang kamu rasakan, kamu ingin apa? Jujur, saya bilang, saya ingin juara lagi sehingga bisa tercatat sebagai pengoleksi tiga gelar juara berturut-turut,” kata Sheila pada Minggu malam, sesuai laga final.

Terhadap keinginannya itu, Tien Mei, seperti dituturkan Sheilla, mengingatkan bahwa jalan menuju juara kali ini tidak mudah. “Salah satunya karena Pertamina Energi juga ingin juara setelah tahun lalu kalah di final, juga oleh kami. Selain itu, sejumlah pemain juga cedera dan sakit di tengah Proliga berlangsung,” tutur libero Elektrik PLN itu.

Ihwal sentuhan personal Tien Mei ini juga diungkapkan Dian Wijayanti. “Kak Mei hebat sebagai pelatih. Karena dia bisa memahami kami yang atlet voli perempuan ini, mungkin karena Kak Mei juga perempuan. Jadi, bisa tahu pemain-pemain ini lagi gak enak hati, mood-nya lagi jelek, lagi berantem sama pacar, itu Kak Mei tahu,” ujar Dian yang berusia 23 tahun.

Tien Mei sendiri, meski dikenal bawel saat melatih, bisa menjadi sangat tenang di tengah pertandingan. Ketika memandu tim asuhannya menjalani laga final Minggu lalu, misalnya, wajahnya terlihat santai, sembari sesekali berdiskusi dengan asisten pelatih, Abdul Munif.

“Sebelum set kelima saya minta pemain buka hati, tidak usah berpikir menang atau kalah. Yang penting bermain voli dengan senang, tetapi jangan sampai kehilangan konsentrasi. Mau pukul keras, ya, keras saja, jangan takut. Servisnya out, ya, sudah gakpapa. Yang penting main berani,” tutur Tien Mei.

Kesuksesan Elektrik PLN dilengkapi terpilihnya Tien Mei sebagai pelatih terbaik, serta Aprilia Manganang sebagai pemain terbaik.

Pelatih Timnas Putra

Di bagian putra setali tiga uang. Jakarta Pertamina Energi yang tampil sebagai juara juga menempatkan pelatihnya, Putut Marhaento, sebagai pelatih terbaik. Adapun kapten Pertamina Energi, Agung Seganti, dinobatkan sebagai pemain terbaik.
Putut Marhaento saat menangani Jakarta Elektrik PLN :PLNTV
Pelatih tim voli putra Jakarta Pertamina Energi Putut Marhaento juga mengutamakan faktor mental saat grand final melawan Palembang Bank SumselBabel. Pertamina Energi menang dengan skor 3-0 (26-24, 25-15, 25-12). “Beberapa pemain bilang ke saya, terutama pemain muda, katanya mereka grogi. Saya tanya balik, kenapa grogi? Apa karena banyak penonton? Saya katakan, kalau pertandingan yang nonton banyak, kan, harusnya malah senang,” katanya.

Selama melatih Agung Seganti dan kawan-kawan di Proliga, Putut mengutamakan soliditas tim. Soliditas itu salah satunya dengan memastikan filosofi tim “tanpa bintang” di Pertamina Energi.

Oleh karenanya, meski di tim asuhannya ada pemain asing, yakni Alexander Minic dan Paul Richard Sanderson, di mata Putut semua pemain punya tanggung jawab yang sama.


“Minic dan Sanderson juga pernah kalah kalau latihan melawan tim cadangan. Ya, saya ingatkan juga kalau mereka ada kesalahan. Tim yang bagus juga harus dibentuk dari tim cadangan yang bagus. Kalau tim cadangan kurang bagus, tetap berdampak pada penampilan,” kata Putut. 

BELAJARLAH DARI PROLIGA WAHAI PSSI

Kompetisi Bola Voli Profesional Proliga, meskipun miskin sponsor, namun taat pada aturan hukum yang ada di Indonesia

PT Liga Indonesia Baru selaku operator Go-Jek Traveloka Liga 1 wajib untuk becermin dan tegas melarang klub-klub untuk memainkan pemain asing yang belum memiliki izin kerja dan tinggal. Apalagi, operator di kompetisi lain, seperti Proliga, mampu tegas menaati aturan itu.

Hingga Selasa (18/4), tercatat ada 26 pemain asing dari 12 klub Liga 1 yang belum mengantongi surat keterangan izin tinggal terbatas (Kitas) dari Imigrasi, serta izin mempekerjakan tenaga asing (IMTA) dari Kementerian Ketenagakerjaan RI. Namun, sebagian dari pemain asing itu sudah turun membela klub sejak Liga 1 bergulir, Sabtu (15/4). Hal itu merupakan pelanggaran serius terhadap aturan keimigrasian dan ketenagakerjaan Indonesia.


Pengamat sepak bola dari Institut Teknologi Bandung, Tommy Apriantono, prihatin dengan maraknya pelanggaran itu. Menurut dia, jika dibiarkan, itu merupakan bentuk pelecehan terhadap negara.

“Aturan (terkait pekerja asing) itu, kan, ketentuan umum, bukan hanya di olahraga dan sepak bola. Itu juga berlaku di semua sektor. Jika di Proliga dan basket (Liga Basket Indonesia/IBL) aturan itu bisa dihormati, kenapa di sepak bola tidak? Saya kira persoalan mendasarnya ada di operator (PT LIB),” ujar Tommy dihubungi dari Jakarta, kemarin.

Seperti dikatakan Tommy, selama bertahun-tahun, Proliga dan IBL juga mendatangkan banyak pemain asing ke Tanah Air. Namun, kontras dengan PT LIB yang mendorong pelanggaran, Proliga dan IBL justru melarang klub memainkan bintang asing jika belum memiliki Kitas.

“Prinsip kami yaitu menegakkan aturan dengan tegas dan tidak boleh ada yang abu-abu. Sekali ada toleransi, maka akan jadi masalah di kemudian hari. Ini, kan, aturan negara. Tak boleh ada alasan (melanggar),” kata Direktur Proliga Hanny S Surkatty.

Akibat ketegasan itu, sejumlah pemain asing di Proliga, seperti Polina Liutikova dari Ukraina gagal tampil di putaran 1 musim ini akibat belum turunnya Kitas.

“Ya, ada yang mengeluh. Namun, saya katakan, pakai pemain lain. Voli itu, kan, permainan tim, bukan individual. Jika ada yang nekat melanggar, tim dinyatakan kalah walked out,” ujar Hanny.

Berkaca dari hal itu, Manajer Umum Arema FC Ruddy Widodo menyatakan, pihaknya berupaya mematuhi aturan negara itu sebelum memainkan Juan Pablo Pino, pemain marquee (tersohor) mereka yang baru saja direkrut.

“Belajar dari pengalaman PSSI dibekukan dua tahun lalu, kita memang tidak boleh meremehkan masalah-masalah ini (aturan soal pemain asing). Maka dari itu, saya sampai turun tangan sendiri mengurus dokumen Pino ketimbang mempercayakannya begitu saja kepada agen. Pino mengantongi visa kunjungan usaha yang diurus di Singapura,” katanya.

Perlu waktu

Menurut Ruddy, meski prosesnya tak sulit, butuh waktu hingga berpekan-pekan untuk mendapatkan Kitas. Untuk itu, ia mengusulkan dibuat nota kesepahaman antara PSSI dan Imigrasi guna mempercepat penerbitan Kitas.

Sementara itu, Kantor Imigrasi Kelas I Bandung menegur keras PT Persib Bandung Bermartabat (Persib) karena nekat memainkan Michael Essien dan Carlton Cole, akhir pekan lalu.

“Kami masih menunggu PT PBB mengurus segala perizinan untuk menerbitkan izin tinggal terbatas bagi kedua pemain itu. Selama izin belum ada, kami peringatkan PT PBB selaku penjamin untuk tidak memainkan Essien dan Cole,” ujar Kepala Kantor Imigrasi Bandung Maulia Purnamawati, di Bandung.

Saat ini, Essien dan Cole hanya mengantongi visa kunjungan. Kemarin, keduanya hadir di Kantor Imigrasi Bandung untuk memenuhi undangan pemeriksaan.


“Keduanya tidak mengetahui proses perizinan yang dilakukan PT PBB selaku penjamin. Kami akan membantu proses izin keimigrasian mereka jika persyaratannya sudah dipenuhi,” kata Maulia.

Palembank Bank Sumsel Babel Dibunuh Servis Tajam Pertamina Energi

Jump Serve keras Alexandar Minic membuat kubu Bank Sumsel Babel keok

Laga final di GOR Among Rogo, Yogyakarta, Minggu (23/4/2017), bisa dibilang sebagai penampilan terburuk Palembang Bank SumselBabel pada Proliga 2017.

Mereka kalah 0-3 (24-26, 15-25, 12-25) dari Jakarta Pertamina Energi dan gagal menjadi juara.

Aji Maulana dkk hanya bisa mengimbangi permainan Pertamina pada set pertama. Pada set kedua, mereka sudah kesulitan. Set ketiga, mereka tak banyak berkutik.

"Pertandingan tadi hanya satu set, hanya set pertama. Set kedua dan ketiga, kami sudah tidak bisa bermain," kata Samsul Jais, pelatih Bank Sumsel.

"Permainan lawan istimewa, kami bermain di bawah tekanan. Mereka melakukan variasi serangan yang sulit untuk diblok. Kami 'dibunuh' lawan dan kami banyak mati sendiri," kata Samsul lagi.

Samsul menyebut servis para pemain Pertamina, khususnya jump serve Aleksandar Minic (Montenegro), sebagai senjata utama lawan yang gagal mereka antisipasi.

Tadi seperti bukan permainan voli. Kemarin-kemarin kami kalah dari mereka 1-3, tetapi sekarang 0-3, telak. Servis-servis mereka sangat bagus dan membuat kami kesulitan," kata Aji.
Minic memang punya servis keras dan tajam. Dengan postur 205 centimeter,jump serve Minic memang langsung jadi serangan berbahaya.

Pada set kedua dan ketiga, pelatih Pertamina, Putut Marhaento, menempatkan Minic sebagai pemain pertama yang melakukan servis.

Dengan strategi tersebut, Pertamina langsung memberi tekanan kepada lawan. Pada awal set ketiga, lewat servis Minic, Pertamina melaju hingga 11-0.

"Saya memberi instruksi kepada Minic, yang penting bolanya masuk dulu. Ternyata, meskipun servisnya tidak terlalu keras, tetap saja bola receive lawan tidak bisa sampai ke pengumpan," kata Putut.

Kapten tim Pertamina, Agung Seganti, juga mengakui bahwa performa prima Minic saat melakukan servis sangat membantu tim meraih poin.

"Semua pemain kami tampil all-out pada final ini, terutama dua pemain asing kami. Mereka bermain luar biasa," kata Agung.

Selain Minic, Pertamina juga diperkuat pemain asing dari Australia, Paul Sanderson. Servis Sanderson yang tak bisa diantisipasi pemain Bank Sumsel, jadi poin terakhir atau penentu kemenangan Pertamina.
Sumber : Juara.net