Tampilkan postingan dengan label PROFILE. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PROFILE. Tampilkan semua postingan

Inilah Deretan Prestasi Rivan Nurmulki Bersama Timnas Indonesia



Indonesia memiliki sejarah yang kaya dalam olahraga voli, dan salah satu nama yang telah bersinar terang dalam dunia voli Indonesia adalah Rivan Nurmulki. Meskipun namanya terkenal karena kontroversi dengan PBVSI, prestasinya bersama Timnas Voli Indonesia tidak bisa diabaikan. Berikut adalah rangkuman prestasi dan perjalanan karir Rivan yang mencerminkan kontribusinya yang luar biasa dalam olahraga voli Indonesia.

Sebuah Debut Gemilang

Rivan Nurmulki mengawali karirnya dalam dunia voli pada tahun 2015 saat dia masih berusia 20 tahun. Debutnya adalah dalam Kejuaraan Asia Kelompok Umur, di mana dia membawa Indonesia finis di urutan kesembilan. Meskipun ini adalah langkah awal yang sederhana, itu menandai awal dari perjalanan gemilangnya dalam dunia voli.

Kemenangan yang Berkilau di SEA Games

Nama Rivan dan SEA Games menjadi sinonim sejak tahun 2015. Dia selalu menjadi andalan Timnas Voli Indonesia dalam pesta olahraga Asia Tenggara ini. Prestasinya dalam SEA Games begitu mengesankan:

SEA Games 2015: Rivan meraih perunggu dalam SEA Games 2015, menunjukkan potensinya sebagai pemain voli yang mampu bersaing di tingkat internasional.

SEA Games 2017: Dalam edisi selanjutnya, Rivan mengukir prestasi lebih tinggi dengan meraih medali perak, menegaskan dirinya sebagai salah satu pemain terbaik dalam tim.

Hattrick Medali Emas: Puncak kejayaannya datang dalam tiga edisi berturut-turut SEA Games 2019, 2022, dan 2023, di mana Rivan bersama Timnas Voli Indonesia meraih medali emas. Prestasi ini adalah bukti betapa pentingnya peran Rivan dalam kesuksesan timnas di tingkat Asia Tenggara.



Kompetisi Internasional

Selain suksesnya di SEA Games, Rivan juga tampil di kompetisi internasional lainnya. Salah satu yang mencolok adalah penampilan gemilangnya bersama timnas Indonesia di ajang piala Asia 2017, di mana dia membawa Indonesia finis di peringkat keempat, saat itu ia juga dinobatkan sebagai best Opposite Player oleh AVC.

Rivan juga merupakan pemain voli pertama di Indonesia yang dapat menembus ketatnya persaingan liga jepang dan bersaing dengan para opposite kelas dunia seperti yuji nishida, bartosz kurek, dan lainnya. 

Namun, meskipun prestasinya dalam voli telah bersinar, Rivan Nurmulki terhalang oleh kontroversi dengan PBVSI yang berujung pada ketidakhadirannya dalam beberapa kompetisi penting seperti Asian Games 2023. Posisinya dalam Asian Games 2024 pun digantikan oleh Sandi Akbar, dan saat ini, ada kemungkinan pemain lain akan mengisi tempat Rivan dalam tim.

Rivan Nurmulki adalah bukti hidup betapa seorang atlet dapat menjadi inspirasi dan panutan melalui prestasi dalam bidang olahraga. Pencapaiannya dalam voli Indonesia akan tetap menjadi bagian penting dari sejarah olahraga negara ini. Semoga dia dapat mengatasi permasalahannya dan kembali bersinar dalam dunia voli internasional.

berikut ini daftar Prestasi Rivan Nurmulki di Timnas Voli Indonesia

1. Asian Men's U-23 Volleyball Championship 2015 (Peringkat 9)

2. SEA Games 2015 (Perunggu)

3. SEA Games 2017 (Perak)

4. Asian Games 2018 (Peringkat 6)

5. Asian Men's Volleyball Championship 2019 (Semifinal)

6. SEA Games 2019 (Emas)

7. SEA Games 2022 (Emas)

8. SEA Games 2023 (Emas)

9. AVC Challenge Cup 2023 (Peringkat 6)


x

Profil Klub KBC Celuk Bali, Penghasil Pemain Handal Untuk Tim Nasional

Tim KBC Celuk saat berlaga di kejurnas junior U-17 tahun 2017
Berbicara mengenai bola voli di Provinsi Bali, tentu ingatan kita akan langsung tertuju kepada nama-nama pemain voli nasional asal daerah tersebut. Sebut saja I Nyoman Rudi Tirtana, I Wayan Windu Segara, Kadek Juliadi, dan Komang Bumi Rekta, Made Vandim Sanjaya, dan masih banyak yang lainnya.
Salah satu klub penghasil pemain tersebut adalah klub Bola Voli Kartini Batik Club (KBC) Celuk, yang terletak di Kecamatan Sukawati, kabupaten Gianyar, Klub bola voli Kartini Batik Club (KBC) Celuk,lahir pada tanggal 22 Desember 1999. Dalam perjalanannya, KBC berubah nama menjadi Kemuda Bangsa Chanti (KBC), sejak 12 Mei 2014 lalu. 

Makna KBC sendiri kurang lebih ‘pemuda bangsa menuju damai’. Tujuan awal dari pembentukan klub tersebut adalah mengarahkan anak-anak muda di wilayah sekitar agar terhindar dari pengaruh negatif seperti trek-trekan, geng motor, mabuk, sampai narkoba. ‘’Kami punya Sekolah Bola Voli (SBV) KBC, dan memiliki 125  murid putra dan putri, mulai pelajar SMP, SMA, hingga tamat SMA,’’ sebut pemilik KBC Nyoman Sudiantarayana.
Untuk bisa masuk menjadi anggota dan berlatih di KBC, siswa harus sepengetahuan orangtuanya. Sebagai Iurannya mereka membayar Rp 100.000/bulan, uang iuran ini untuk kepentingan pemeliharaan lapangan, bola, serta alat perlengkapan latihan lainnya. Siswa dapat berlatih tiga sampai empat kali dalam sepekan. ‘’Jika mereka absen dua kali, kami tegur. Kami juga berkoordinasi dengan orangtuanya, apakah benar putra-putrinya berlatih,’’ ucap pria yang akrab disapa Mangkok ini.
Para siswa sekola bola voli KBC terdiri dari putra dan putri, sebagian besar siswa berlatih di voli indoor, namun ada pula yang menekuni voli pantai. Untuk voli indoor, ditangani pelatih Komang Agus Martayana, Dewa Gede Yuda Berata, Dewa Gede Adiputra, serta Wayan Okayana.
Sedangkan voli pantai siswa dilatih Wayan Indrawan dan Gusti Made Tamba. ‘’Voli pantai berlatih di Pantai Mertasari Sanur, sedangkan voli indoor di Jalan Jagaraga, Celuk,’’ sebut Mangkok.
Jika mereka sudah piawai bermain voli, mereka ditarik ke klub, dan tak jarang pula tenaganya dipinjam klub lokal, guna berlaga pada galadesa maupun antarkampung (tarkam). ‘’Mereka kami beri kesempatan turun di galadesa, supaya mendapatkan sekadar uang saku, apalag event lokal tanpa target,’’ jelasnya.
Akan tetapi, untuk kejurnas antarklub U-17, para pebola voli turun mengusung bendera KBC. Tujuannya, supaya kepiawaian dan skill mereka bisa dipantau klub-klub besar. Prestasi KBC tembus ke semifinal, pada Kejurnas Bola Voli Antarklub U-17 di Yogyakarta, tahun 2016.
Sederet bintang voli nasional telah lahir dari klub ini, Jebolan KBC seperti Nyoman Rudi Tirtana (klub Pro Liga BNI 46, dua kali menyumbang emas SEA Games), Wayan Acong Windu Segara (pelatih BNI 46, sekali meraih emas SEA Games), Komang Pande Darmawan (BNI 46), Made Vandim Sanjaya Putra (klub Pro Liga BVN Bekasi), Dewa Yuda Berata dan Ida Bagus Mahendra (klub Indomaret Sidoarjo, Juara Livoli), Putu Suandika (klub Pro Liga Jakarta Sananta).
Untuk pebola voli pantai, jebolan KBC adalah Wayan Indrawan/Putu Juniartha Wibawa (peraih perak PON XVIII di Riau 2012), serta Wayan Ekayoga (peraih perak PON XVII di Kaltim 2008). 

Mangkok pun berobsesi, pada Pro Liga 2019, alumnus KBC ada yang berlaga di klub Pro Liga seperti Vandim, serta debutan baru Komang Maranjana alias Mang Jay (188 cm), Komang Gede Raditya  Surawiyuda (188 cm), serta pebola voli putri Ni Nyoman Shaniawati (180 cm). ‘’Kami targetkan mereka bisa membela klub Pro Liga tahun depan. Vandim posisinya quicker juga disiapkan Pra PON voli pantai 2019, bersama pasangannya Nyoman Lantara, sedangkan Mang Jay, Surawiyuda dan Shaniawati posisinya open spiker,’’ papar Mangkok.
Shaniawati selama ini tenaganya sering dipakai klub di Ngawi, Jatim. Bahkan, ada juga asuhan KBC Salsabila yang masih duduk di bangku SMP, saat Lebaran pulang kampung ke Bandung. Bakat dan talentanya dilirik klub Bandung Tectona, dan kini dia direkrut klub JWS Minahasa, Sulut.
‘’Kami lebih senang mendidik siswa dari nol, yang penting mereka rutinitas berlatih, namun ada juga kendalanya bagi siswa sekolah unggulan, jadwal latihannya bisa dikompensasi pada hari Minggu,’’ terang Mangkok. 

Sumber : balipost.com dengan perubahan

Nizar Zulfikar Dan Yuda Mardiansyah Diharapkan Jadi Pembeda Di Tim Nasional Voli

Nizar Zulfikar dan Yuda Mardiasyah
Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia (PBVSI) mematok target meraih perunggu pada ajang Asian Games 2018 mendatang. Capaian ini cukup realistis melihat peta kekuatan lawan yang cukup berat.
Ketua Umum PBVSI Imam Sudjarwo mengatakan, lawan-lawan seperti Korea Selatan, Jepang, dan Tiongkok bakal menjadi batu sandungan bagi Merah Putih.
Menengok sejenak ke SEA Games 2017 lalu, tim voli putra dan putri Indonesia juga hanya sanggup meraih medali perak setelah keduanya sama-sama dipecundangi raksasa voli Asia Tenggara,Thailand. 
"Dari evaluasi dan koordinasi, target meraih perunggu atau juara tiga di grup putra dan putri itu cukup realistis," katanya di GOR Amongrogo Jogjakarta, usai penutupan ajang Proliga 2018, Minggu (15/4).
Melihat potensi para pemain yang ikut dalam Proliga 2018 yang cukup memuaskan, Imam yakin mereka bisa merealisasikan target itu.
Para pemain yang masuk tim nasional voli akan mulai pemusatan latihan pada bulan Mei mendatang. "Termasuk juga voli pantai. Khusus cabang olahraga ini, kami target emas," ucapnya.
Sementara itu, Pelatih Tim Nasional Putra Samsul Jais menambahkan bahwa kerangka timnas voli untuk Asian Games 2018 sudah terbentuk. Ia juga sudah mengantongi 14 nama yang diambil dari beberapa tim di ajang Proliga 2018.
Setelah para pemain timnas dipanggil, Jais menuturkan, ia berencana untuk melakukan training camp, dilanjutkan uji coba melawan tim dari negara-negara lain.
Pelatih tim voli putra Samsul Jais menyatakan, 18 pemain yang dipanggil untuk multievent terbesar se-Asia itu memiliki kualitas materi lebih bagus daripada tahun lalu, terutama pada sektor setter dan quicker. Masuknya Nizar Julfikar dan Yuda Mardiansyah membuat warna baru bagi skuad Merah Putih.
Samsul menilai, buruknya prestasi di SEA Games 2017 karena kehilangan sosok Nizar sebagai setter, alias pengatur serangan. Nizar kala itu tidak beegabung karena sedang menjalani pendidikan Sekolah Inspektur Kepolisian Sumber Sarjana.
Padahal, pemain 23 tahun itu menyabet best setter Proliga 2017 dengan catatan 446 kali memberikan umpan 393 di antaranya sukses menghasilkan spike.
”Nizar punya kualitas. Bola-bola cepat dan pelepasan open bagus. Dan juga usianya masih muda,” ungkap pelatih yang pernah membela timnas voli era 1989 hingga 1998 itu.
Sementara, Yuda disebut Jais merupakan quicker terbaik yang ada di dalam skuad. Selain membawa Samator juara Proliga 2018 dan Livoli 2017, pemain kelahiran Medan itu merupakan quicker terbaik sekaligus pemain muda terbaik Livoli 2017.
”Nilai plusnya, dia memiliki kemampuan kill blok dan pembacaan serangan lawan yang tidak pemain lain miliki,” terangnya.
Dengan adanya Nizar dan Yuda di badan tim, Jais yakin timnya bisa masuk babak delapan besar Asian Games 2018.
Korea Selatan, Tiongkok, Jepang, Iran, dan beberapa negara pecahan Uni Soviet disebutnya bakal menjadi pesaing kuat. Meski begitu, pelatih asal Palembang tersebut optimistis bisa menampilkan yang terbaik. (han)

Profil Nandita Ayu Dan Cita-Citanya Membawa Voli Indonesia Lebih Mendunia

Nandita Ayu Salsabila, MVP Proliga 2018 Putri
x
Atlet klub bola voli Proliga Jakarta Pertamina Energi, Nandita Ayu Salsabila, masih banyak memiliki mimpi di dunia voli. Pemain terbaik atau most valuable player (MVP) Proliga 2018 itu ingin Timnas Indonesia berbicara lebih banyak di kancah dunia. 
Ayu telah membela Timnas Indonesia sejak 2012 silam. Ia ikut mengantarkan Indonesia meraih medali perunggu di dua SEA Games, yakni pada 2013 dan 2015. Di SEA Games 2017 Malaysia lalu, ia membawa Indonesia meraih perak. 
"Kalau dari segi prestasi, target yang diinginkan itu SEA Games. Inginnya kasih emas buat Indonesia," ujar Ayu.
Ayu juga banyak berharap di Asian Games 2018 mendatang. Ia menyadari bahwa persaingan di tingkat Asia jauh lebih berat dibanding Asia Tenggara. Meski begitu, ia mengatakan peluang Indonesia masih terbuka. Wanita berumur 20 tahun itu pun masih optimistis Indonesia dapat berbicara banyak di Asian Games 2018. 

Ia berharap Timnas voli putri Indonesia dapat menembus empat besar Asia. "Korea, Jepang, Thailand juga kan turun semua. Tentunya akan sangat berat. Yang harus disiapkan fisik sama mental. Soal mental kan dari diri sendiri, harus pede dulu di lapangan," kata dia.
Setelah selesainya Proliga 2018 pada Ahad lalu, Ayu akan segera bergabung di Pelatnas Voli di Sentul. Rencananya ia berkumpul kembali pasa 23 April mendatang. Meski begitu, ia mengatakan belum ada persiapan khusus dilakukan untuk menghadapi Asian Games di bulan Agustus mendatang. 
Justru Ayu memperkirakan latihan akan sedikit dikurangi. Pasalnya, pada pertengahan Juni hingga Juli, akan memasuki bulan Ramadan. Dari pengalaman sebelumnya, intensitas latihan biasanya dikurangi sekitar 20-25 persen saat puasa.

"Nanti setelah lebaran hanya libur tiga sampai lima hari. Langsung kemudian dinaikkan latihannya," kata Ayu.

Ayu merupakan MVP di Proliga 2018. Pemain yang berposisi sebagai open spike itu juga membawa klubnya, Jakarta Pertamina Energi, menjadi jawara, setelah menaklukan Bandung Bank BJB Pakuan. Ini merupakan gelar ProLiga ketiga bagi Ayu. Sebelumnya ia menyabet dua gelar secara beruntun saat masih membela Jakarta Popsivo Polwan, pada 2012 dan 2013 silam. 

Kompetisi bola voli Proliga 2018 menjadi panggung sempurna buat Nandita Ayu Salsabila. Ia ikut membawa timnya, Jakarta Pertamina Energi, menjadi juara dengan mengalahkan Bandung Bank BJB Pakuan di final yang berlangsung di GOR Amongraga, 15 April 2018 lalu. Seusai final, ia juga dinobatkan sebagai pemain terbaik (most valuable player/MVP) di bagian putri. 

Bakat Ayu di dunia olahraga bukan hal yang mengejutkan. Wanita kelahiran 12 Juli 1997 itu merupakan anak dari dua atlet Indonesia. Ayahnya adalah Sudirman, eks kapten Timnas sepak bola Indonesia. Sedangkan ibunya adalah Tri Wahyuni merupakan pemain Timnas voli Indonesia di eranya. 
Kedekatan dengan dunia olahraga ini yang menjadi pintu bagi Ayu untuk masuk ke dunia voli. "Awalnya lihat mama main voli. Terus tertarik dan akhirnya ikut latihan. Akhirnya dilatih sama mama langsung dari basic-nya. Itu waktu kelas 2-3 SD," kata Ayu kepada Tempo, Selasa, 17 April 2018. 

Ayu mengatakan tidak mudah untuk terus menjaga semangat berlatih. Apalagi ia memulai sejak kecil. Bahkan ia mengaku sang ibu tak jarang memarahinya karena malas latihan. Berbagai cara pun dilakukan untuk menjaga semangat berlatihnya. 

"Jadi dulu kalau mau latihan itu mau makan apapun diturutin. Abis latihan makan-makan," kata Ayu terkekeh.

Selepas SD, wanita kelahiran Jakarta itu pun melanjutkan sekolahnya ke Sekolah Khusus Olahraga (SKO) Ragunan, Jakarta Selatan. Dua tahun belajar di sana, ia sudah mampu mengikuti Kejuaraan Nasional dan membela DKI Jakarta. Memasuki kelas 3 SMP, ia menjalani debut bersama klub Proliga pertamanya, Jakarta Popsivo Polwan. 

Berstatus sebagai pemain debutan tak menghentikan kejutan dari Ayu. Ia ikut mengantarkan Jakarta Popsivo Polwan juara Proliga dua tahun berturut-turut, yakni tahun 2012 dan 2013. Pada 2017 ia memutuskan bergabung di Jakarta Pertamina Energi. 

Ia ikut membawa timnya menjadi runner-up di tahun pertamanya di JPE. Di tahun 2018 ini, ia berhasil tampil gemilang dan membawa JPE menjadi juara Proliga 2018. Tak hanya itu, ia berhasil menyabet gelar pemain terbaik atau MVP. 

Pemain yang berposisi sebagai open spike itu mengatakan kunci permainannya di tahun ini adalah ketenangan bermain dan mencoba memberikan permainan terbaik. "Kemarin contohnya saat final sempat deg-degan. Tapi kemudian ingat untuk cuek saja. Yang penting dinikmatin saja permainannya. Ke sininya kan mental bertandingnya naik, jadinya bisa main lepas," kata Ayu.

Penampilan gemilang Ayu juga membuatnya dipanggil oleh Timnas Indonesia untuk Asian Games 2018. Mulai tanggal 23 April mendatang, ia dan atlet lain akan dikumpulkan di Sentul untuk pemusatan latihan.  

"Saya inginnya tembus empat besar dulu di Asian Games 2018," kata Nandita. 

Nandita Ayu Menikah dengan Aji Maulana Setter Bank Sumsel Babel


Di usia yang masih tergolong muda, Ayu juga telah memutuskan untuk menjalin ikatan pernikahan. Pada Oktober 2017 lalu, ia menikah dengan kapten klub Bank SumselBabel, Aji Maulana. Hal ini ikut andil dalam karier gemilang Ayu di dunia voli.

"Suami juga selalu support terus untuk tetap berkarir di voli. Jadi kami saling support lah," kata Ayu.

Ayu telah menjalin hubungan dengan Aji selama empat tahun. Sosok Aji pun ia sebut sebagai salah satu orang yang paling berpengaruh dalam karier volinya. Selain Aji, ibunda Ayu, Tri Wahyuni, adalah sosok lain yang ikut andil mendorong dirinya masuk ke dunia voli. Tri merupakan eks pemain timnas voli Indonesia pada zamannya.

Ayu mengatakan tak ada masalah pembagian waktu antara ia dan suaminya selama menjadi atlet. Keduanya memang harus menjalin hubungan jarak jauh. Ayu tinggal di Jakarta bersama Jakarta Pertamina Energi, dan Aji di Sumatera Selatan.

"Kita kan sama-sama sibuk latihan. Jadi yang penting sih komunikasi, membangun komunikasi. By phone biasanya, kalau sama-sama dapat libur diusahakan ketemu," ujar wanita kelahiran Jakarta, 12 Juli 1997 itu.

Ia pun belum berpikir lebih jauh untuk memiliki anak. Menurut Ayu, baik suami maupun kedua orang tuanya sangat mendukung dirinya untuk melanjutkan karir di dunia voli. "Mama juga bilang nanti dulu (untuk memiliki anak). Kamu main voli dulu aja. Mumpung masih muda. Kariermu masih panjang. Fokus di karier dulu saja," kata Ayu.

Meski begitu, Ayu mengatakan suatu saat dirinya ingin memiliki anak. Saat itu terjadi, akan menandai akhir kariernya sebagai pemain voli, termasuk di Proliga. "Sudah berpikir kalau sudah punya anak, ya nanti berhenti bermain voli. Kalau misal sudah ga berkarir lagi di voli, ya jadi ibu rumah tangga saja," kata Ayu.

Biodata 
Nama : Nandita Ayu Salsabila
Tempat Lahir : Jakarta 
Tanggal Lahir : 12 Juli 1997
Ayah : Sudirman
Ibu : Tri Wahyuni
Saudara : Tasya Aprilia Putri, Rizky M Sudirman
Prestasi 
Juara Proliga 2012 dan 2013 (Jakarta Popsovo Polwan)
Medali Perunggu di SEA Games 2013 di Myanmar
Medali Perunggu di SEA Games 2015 di Singapura 
Medali Perak di SEA Games 2017 di Malaysia 
Runner up Proliga2017 (Jakarta Pertamina Energi) 
Juara Proliga 2018 (Jakarta Pertamina Energi) 
MVP Proliga 2018.

Sumber : tempo.co

PROFIL NURLAILI KUSUMAH DININGRAT, BINTANG MASA DEPAN INDONESIA

Nurlaili Kusumah Diningrat, Bintang masa Depan Timnas Indonesia


Nurlaili Kusumah Diningrat menjadi salah satu pemain yang menjadi pembicaraan akhir-akhir ini. Bagaimana tidak, di usianya yang masih 14 tahun dan masih duduk di bangku kelas 2 SMP, Nurlaili mampu menembus tim utama Jakarta BNI Taplus setelah sebelumnya salah satu pemain asing BNI Karina Ocasio, asal Puerto Riko cedera.

Di usianya yang masih sangat belia, Nurlalili mampu menjadi tumuan serangan tim Jakarta BNI Taplus, ia tak canggung ketika bermain dengan para pemain yang sudah kenyang pengalaman seperti Yolla Yuliana, Tri Retno Mutiara, dan lainnya. Nurlalili juga tak gentar ketika berhadapan dengan para pemain asing yang memiliki tinggi badan jauh diatasnya, padahal tinggi nurlaili hanya 169 cm. Berkat tangan dingin pelatih Risco Herlambang, Nurlaili menjelma menjadi salah satu calon bintang masa depan Indonesia.

Terlahir dari pasangan Dandan Gunadi dan Irawati di Bandung tahun 2003, Nurlaili awalnya terjun ke dunia voli atas kemauannya sendiri. Ia mengaku awalnya diminta oleh guru olahraganya untuk mengikuti ekstra kulikuler bola voli di sekolah lain. Lalu melihat bakat yang dimiliknya akhirnya sang guru pun memintanya untuk masuk klub pembinaan khusus bola voli agar bakatnya lebih terasah dan terarah.

Awalnya Nurlaili berlatih di klub Parahiyangan bandung, karena dari awal dirinya tidak bisa fokus latihan akhirnya ia memutuskan untuk pindah klub ke Wahana Express Bandung, Nurlalili pun harus rela pindah sekolah agar dekat dengan klubnya Wahana. Saat memutuskan hengkang ke Wahana, Lalili hanya berlatih biasa di rumah.

Nurlaili saat melakukan Smash
Keputususannya untuk pindah ke Wahana terbilang tepat, di tangan Risco Herlambang, bakat Nurlaili semakin terasah. “latihan di wahana sangat berat sekali, sempet ngeluh juga, soalnya latihannya full dari senin sampe sabtu, pas awal-awal masuk sempet sakit karena belum terbiasa latihan keras, ga sampe pingsan sih paling sesek nafas sama lemes banget kalo udah latihan, tapi ini udah jadi pilihan aku dan harus dipaksain kalo mau jadi pemain bagus” Ujar Nurlalili kepada Volinesia.

Gemblengan keras dari pelatih akhirnya membuahkan hasil manis. Di tahun 2018 ini, Nurlaili akhirnya bisa mencicipi ketatnya persaingan proliga 2018. Ia mengaku sangat senang bisa bermain bersama dan melawan para idolanya yang dulu hanya ia bisa saksikan di layar kaca. “Rasanya seneng banget dan antara percaya gak percaya, Alhamdulillah gak sia-sia latihan berat yang selama ini aku jalanin akhirnya bisa tercapai cita-cita buat maen di proliga dan maen sama idola-idola aku” ujarnya.

Di Wahana juga Laili lebih mendalami posisi open spiker, awalnya di posisi manapun dirinya bisa bermain, namun saat pindah ke Wahana ia lebih diarahkan oleh pelatih untuk menjadi seorang open spiker. Nurlaili berharap kariernya bisa berjalan lancar. “kalo main voli semoga aja sampe seterusnya dan jangan sampe ngalamin cedera parah atau kenapa” saat ditanya sampai kapan dirinya akan bermain voli nanti.

Mengikuti ajang proliga yang memakan waktu panjang tentu bisa mengganggu sekolah, namun Nurlaili mengaku dirinya tidak terganggu dan masih bisa mendapat dispensasi dari pihak sekolah untuk fokus di ajang Proliga.

Saat ditanya targetnya kedepan, Laili mengaku masih harus terus belajar dan memperbaiki kekurangannya. Ia juga berharap di tahun-tahun kedepannya masih bisa mengikuti ajang proliga dan menjadi juara agar suatu hari nanti bisa memperkuat Timnas untuk berlaga di event Internasional.

Selain bermain bola voli, Laili mengaku hobi mendengarkan musik, dan makan. Iapun mengaku bahwa menyukai jengkol dan pete. Ia mengaku tidak pernah mengikuti turnamen tarkam karena sang pelatih melarangnya. Hal itu dikarenakan resiko mengikuti tarkam sangat besar dan tidak ada jaminan seperti bermain di turnamen profesional.

Banyak yang menyebut nurlaili sebagai calon open spiker masa depan pengganti Aprillia Manganang kelak. Laili pun berujar bahwa dirinya masih perlu banyak belajar agar bisa selevel dengan Aprillia.

Nurlaili Kusumah Diningrat
Biodata Nurlaili Kusuma Diningrat :
Nama Lengkap : Nurlaili Kusuma Diningrat
Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 23 November 2003
Ayah   : Dandan Gunadi
Ibu      : Irawati
Saudara : Ade Dwi Andhyka Prasetya (Adik)
Klub :
-       Wahana Express Group (Amatir)
-       Jakarta BNI Taplus (Profesional)


Profil Ratri Wulandari, Open Spiker Masa Depan Indonesia

Ratri Wulandari 
Jawa Barat seakan tidak pernah kehabisan stok pemain bola voli putri berkualitas. Setelah era Siti Nurjanah dan Ade Maya lalu diteruskan dengan era Yolla Yuliana dan Wilda Siti Nurfadillah. Kini belum habis masa keemasan Yolla Yuliana Dkk, telah muncul kembali bibit-bibit potensial yang siap memberikan jaminan kekuatan di masa depan untuk tim Jawa Barat. Sebut saja Tri Retno Mutiara yang telah lebih dulu menjadi rissing star, dan kini ada dua nama asal jawa barat yang diprediksi akan menjadi bomber masa depan timnas bola voli Indonesia. Mereka adalah Nurlaili Kusuma Diningrat dan Ratri Wulandari.
Nama Terakhir, Ratri Wulandari kini menjadi pelapis dari bomber andalan Bandung Bank BJB Aprillia Manganang. Ratri yang sejak tahun lalu menjadi punggawa BJB memiliki segala kelebihan yang harus dimiliki oleh seorang open spiker. Memiliki pukulan keras dan jump serve menukik, ia juga memiliki lompatan yang tinggi dengan postur badannya 177cm. Bahkan, pada ajang kejurnas junior tahun lalu, Ratri menjadi pemain terbaik dan membawa JWS Minahasa juara di Yogyakarta.
Ratri Wulandari lahir di Karawang 8 mei 2002 dari pasangan Parwadi dan Murningsih. Ratri memiliki seorang kakak perempuan yang bernama Dian Purwaningtyas. Ia sudah mulai menggeluti dunia voli dari sejak masa kanak-kanak.
Awal mula Ratri terjun ke dunia voli adalah karena dorongan orangtuanya. “Awalnya sih aku disuruh orangtua ikut voli karena dulu kaka aku badannya gemuk jadi aku disuruh ikut dengan kakak untuk berlatih voli, aku sih mau ikut-ikut saja pas TK dan kesininya aku jadi jatuh cinta dengan voli” ujar Ratri kepada volinesia.
Pada usia 14 tahun Ratri sudah mulai ikut Proliga bersama Bandung Bank BJB. Saat itu dirinya yang masih sangat muda mendapatkan banyak pengalaman berharga dari para seniornya di BJB. Sehingga pada ajang kejurnas junior tahun 2017 di Yogyakarta, Ratri mendapatkan penghargaan sebagai pemain terbaik turnamen tersebut.
Untuk mencapai level proliga seperti sekarang ini Banyak suka duka yang ia lalui. Hal yang membuat dirinya tetap betah menggeluti dunia voli adalah karena dengan olahraga voli dirinya bisa menambah banyak teman, pengalaman dan prestasi serta dapat membanggakan kedua orangtuanya. Namun rasa bosan dan jenuh terkadang menghinggapi dirinya. Rutinitas latihan yang berat dan monoton kadang membuatnya lelah.


ratri wulandari
Ratri Wulandari melakukan smash saat memperkuat Bandung BJB Di Ajang Proliga

“ Sukanya si aku ktemu bnyk tmen, bnyak pengalaman, dapet piagam, klo juara ada kepuasan apalagi klo ada uang sakunya haha. Dukanya ya kadang pasti suka ada rasa jenuh bosen latian mulu ngga ada hasilnya capek juga kan harus latian fisik rasanya berat, latian bola sampe malem besoknya sekolah pagi rasanya pengen berenti aja tapi udah tanggung” ujar Ratri.
Pada ajang PON 2016 di Jawa Barat Ratri belum bisa memperkuat tanah kelahirannya Jawa Barat, hal ini karena masih banyaknya para seniornya yang memperkuat jabar. Sebut saja Amalia Fajrina, Legisya Nurasia. Ia Bertekad pada ajang PON mendatang agar bisa memperkuat tanah kelahirannya.
Saat ditanya apakah dirinya sering ikut turnamen tarkam, Ratri menjawab tidak pernah karena dilarang oleh sang pelatih. Ia mengatakan bahwa pelatih hanya membolehkan ikut jika diambil dalam satu paket tim.
Harapan kedepannya Ratri ingin bisa memperkuat tim nasional Indonesia. Ratri juga ingin bisa mengikuti kejuaraan bertaraf nasional dan Internasional untuk menambah pengalaman serta bisa membanggakan kedua orangtuanya. Selain bermain voli, Ratri juga hobi berburu kuliner, jalan-jalan dan bernyanyi serta joged. Saat ini ia masih bersekolah di Sekolah Menengah Atas kelas 10 di SMAN 27 Bandung.
Profil Ratri Wulandari :
Nama Lengkap : Ratri Wulandari
Tempat Tanggal Lahir : Karawang 8 mei 2002
Orangtua : Parwadi (Ayah) dan Murningsih (Ibu)
Saudara : Dian Purwaningtyas (Kakak)
Sekolah : SMAN 27 Bandung Kelas X
Klub :
  • Amatir (JWS Minahasa)
  • Profesional (Bandung Bank BJB)
Prestasi :
  • Pemain Terbaik Ramadhan cup KU-99 th 2017
  • Kejurnas Junior Antar Klub U17 Tahun 2017

USIR KEJENUHAN, PEMAIN PELATNAS INI PIARA BURUNG MERPATI

SIgit Ardian Sengaja Pelihara Burung Merpati untuk usir kebosanan saat berlatih di Pelatnas Sentul
Para pemain tim nasional voli Indonesia sedang menjalani pemusatan latihan di Padepokan Voli, Sentul, Kabupaten Bogor, sebagai persiapan mengikuti SEA Games 2017 di Kuala Lumpur, Malaysia.

Selama menjalani pemusatan latihan, seluruh pemain wajib tinggal di asrama yang tersedia di Padepokan Voli. Mereka baru diperbolehkan pulang ke rumahnya masing-masing jika mendapatkan masa libur.

Untuk menghilangkan kejenuhan dan rasa bosan selama berada di asrama, para pemain melakukan berbagai aktivitas.

Salah satu anggota tim voli putra, Sigit Ardian, punya cara tersendiri untuk menghibur diri yakni memelihara beberapa ekor burung merpati.

Pemain yang berposisi sebagai spiker biasanya bermain bersama burung merpati miliknya seusai latihan pagi. Anggota Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) itu tampak antusias saat menerbangkan hewan peliharaannya.

Setelah diterbangkan, burung merpati yang sudah terlatih itu tak lama kemudian kembali lagi ke arah Sigit.

"Saya beli burung merpati beserta kandangnya di daerah Babakan Madang, Sentul. Lokasinya memang tak terlalu jauh dari asrama Padepokan Voli," kata pemain yang berposisi sebagai spiker itu.

Aktivitas ini menarik perhatian sejumlah rekan satu tim Sigit. Bahkan, pelatih timnas voli putri Risco Herlambang juga tertarik dengan burung merpati milik Sigit.Para pemain timnas voli menjalani pemusatan latihan sejak 14 Mei 2017. Setiap harinya, mereka berlatih dua kali, pagi dan sore.

Sebelum menghadapi SEA Games 2017, tim putra akan menjalani try out di Surabaya, Jawa Timur. Mereka akan mengikuti Kejuaraan Bola Voli Senior Putra Asia 2017 (Asian Men's Volleyball Championship) yang berlangsung pada 24 Juli-1 Agustus.