Kompetisi Bola Voli Profesional Proliga, meskipun miskin sponsor, namun taat pada aturan hukum yang ada di Indonesia |
PT Liga Indonesia Baru selaku operator Go-Jek Traveloka Liga 1 wajib
untuk becermin dan tegas melarang klub-klub untuk memainkan pemain asing
yang belum memiliki izin kerja dan tinggal. Apalagi, operator di
kompetisi lain, seperti Proliga, mampu tegas menaati aturan itu.
Hingga Selasa (18/4), tercatat ada 26 pemain asing dari 12 klub Liga
1 yang belum mengantongi surat keterangan izin tinggal terbatas (Kitas)
dari Imigrasi, serta izin mempekerjakan tenaga asing (IMTA) dari
Kementerian Ketenagakerjaan RI. Namun, sebagian dari pemain asing itu
sudah turun membela klub sejak Liga 1 bergulir, Sabtu (15/4). Hal itu
merupakan pelanggaran serius terhadap aturan keimigrasian dan
ketenagakerjaan Indonesia.
Pengamat sepak bola dari Institut Teknologi Bandung, Tommy
Apriantono, prihatin dengan maraknya pelanggaran itu. Menurut dia, jika
dibiarkan, itu merupakan bentuk pelecehan terhadap negara.
“Aturan (terkait pekerja asing) itu, kan, ketentuan umum, bukan hanya
di olahraga dan sepak bola. Itu juga berlaku di semua sektor. Jika di
Proliga dan basket (Liga Basket Indonesia/IBL) aturan itu bisa
dihormati, kenapa di sepak bola tidak? Saya kira persoalan mendasarnya
ada di operator (PT LIB),” ujar Tommy dihubungi dari Jakarta, kemarin.
Seperti dikatakan Tommy, selama bertahun-tahun, Proliga dan IBL juga
mendatangkan banyak pemain asing ke Tanah Air. Namun, kontras dengan PT
LIB yang mendorong pelanggaran, Proliga dan IBL justru melarang klub
memainkan bintang asing jika belum memiliki Kitas.
“Prinsip kami yaitu menegakkan aturan dengan tegas dan tidak boleh
ada yang abu-abu. Sekali ada toleransi, maka akan jadi masalah di
kemudian hari. Ini, kan, aturan negara. Tak boleh ada alasan
(melanggar),” kata Direktur Proliga Hanny S Surkatty.
Akibat ketegasan itu, sejumlah pemain asing di Proliga, seperti
Polina Liutikova dari Ukraina gagal tampil di putaran 1 musim ini akibat
belum turunnya Kitas.
“Ya, ada yang mengeluh. Namun, saya katakan, pakai pemain lain. Voli
itu, kan, permainan tim, bukan individual. Jika ada yang nekat
melanggar, tim dinyatakan kalah walked out,” ujar Hanny.
Berkaca dari hal itu, Manajer Umum Arema FC Ruddy Widodo menyatakan,
pihaknya berupaya mematuhi aturan negara itu sebelum memainkan Juan
Pablo Pino, pemain marquee (tersohor) mereka yang baru saja direkrut.
“Belajar dari pengalaman PSSI dibekukan dua tahun lalu, kita memang
tidak boleh meremehkan masalah-masalah ini (aturan soal pemain asing).
Maka dari itu, saya sampai turun tangan sendiri mengurus dokumen Pino
ketimbang mempercayakannya begitu saja kepada agen. Pino mengantongi
visa kunjungan usaha yang diurus di Singapura,” katanya.
Perlu waktu
Menurut Ruddy, meski prosesnya tak sulit, butuh waktu hingga
berpekan-pekan untuk mendapatkan Kitas. Untuk itu, ia mengusulkan dibuat
nota kesepahaman antara PSSI dan Imigrasi guna mempercepat penerbitan
Kitas.
Sementara itu, Kantor Imigrasi Kelas I Bandung menegur keras PT
Persib Bandung Bermartabat (Persib) karena nekat memainkan Michael
Essien dan Carlton Cole, akhir pekan lalu.
“Kami masih menunggu PT PBB mengurus segala perizinan untuk
menerbitkan izin tinggal terbatas bagi kedua pemain itu. Selama izin
belum ada, kami peringatkan PT PBB selaku penjamin untuk tidak memainkan
Essien dan Cole,” ujar Kepala Kantor Imigrasi Bandung Maulia
Purnamawati, di Bandung.
Saat ini, Essien dan Cole hanya mengantongi visa kunjungan. Kemarin,
keduanya hadir di Kantor Imigrasi Bandung untuk memenuhi undangan
pemeriksaan.
“Keduanya tidak mengetahui proses perizinan yang dilakukan PT PBB
selaku penjamin. Kami akan membantu proses izin keimigrasian mereka jika
persyaratannya sudah dipenuhi,” kata Maulia.