Profil Tri Retno Mutiara Lutfi, Si Manis dengan Umpan Cantik







Penggemar Voli Tentu tidak asing lagi dengan Profil Tri Retno Mutiara Lutfi, Setter Pertamina energi yang Cantik, kalem, pandai membaca permainan lawan, serta umpan-umpan akuratnya yang menjadi ciri khas dara cantik kelahiran Cirebon ini.

Tak bisa dipungkiri jika gadis asal Cirebon itu tampil sebagai kunci permainan Jakarta Pertmaina energi Hingga Berhasil menjadi Runner-Up Proliga 2016. Memang, prestasi kali ini tidak seperti tahun lalu yang berhasil membawa Elektrik PLN juara, Namun Prestasi kali ini patut disyukuri karena mayoritas pemain Pertamina adalah pemain Muda yang belum sematang Elektrik.

Pada Awal mengawali karir di kota kelahirannya, Tiara bergabung dengan Diklat Cirebon pada usia 10 tahun saat tiara masih kelas 5 SD. Awalnya posisinya adalah Spiker, namun atas saran pelatih dan orangtuanya, Tiara akhirnya beralih menjadi setter. Saat ditanya kenapa Tiara menjadi Setter, diapun menjawab, “karena posisi setter jarang ada yang mau, dan juga bisa bermain sampai usia 30 lebih seperti ia Rita Kurniati (setter Popsivo Polwan) begitu ujarnya “.

Penampilannya dari turnamen ke turnamen yang kian memukau, membuat salah satu Klub Kotanya yaitu Wahana Express Grup menggaetnya untuk bergabung pada tahun 2012. Kala itu, tiara yang masih SMP harus rela jauh dari orangtuanya di Cirebon, Karena Dia harus berlatih Di Bandung. Namun Berkat Kemauan yang keras, Tiara berhasil menghilangkan persaaan Homesick tersebut.

Baru setahun bergabung Tiara menjadi salah satu bagian yang membawa Wahana naik kasta ke Livoli Divisi Utama. Sukses bersama Wahana membuat Tiara dilirik beberapa klub peserta Proliga. Pada 2013 dia tergabung dalam skuad Jakarta TNI AU lalu hijrah ke Jakarta Bank DKI di 2014 sebelum akhirnya berlabuh ke Jakarta Electric PLN di tahun 2015. Lalu Tahun 2016 Tiara Pindah ke Jakarta Pertamina Energi. Selain ingin pengalaman baru, Tiara juga betah karena mayoritas pemain Jakarta Pertamina Diambil dari klub Wahana Express Grup.


Pengalaman Tiara bergabung dengan tim putri Jakarta Electric PLN sangat berharga bagi perkembangan tekhniknya. Berkat polesan pelatih Tien Mei Lay, bakat tiara semakin terasah, pelatih asal Tiongkok yang sudah empat tahun belakangan ini menahkodai Jakarta Electric PLN tahu betul bakat Terpendam tiara, sehingga pada SEA Games 2015 lalu dirinya berhasil menjadi Setter utama Timnas menggeser seniornya di Wahana yaitu Komang Bumi Rekta.

"Saya melihat para senior yang pernah dilatih Kak Mei menjadi pemain yang lebih matang dan saya ingin seperti itu," ungkapnya. "Kak Mei percaya dan selalu memotivasi saya untuk bermain baik dan tidak takut. Saya juga ingin menunjukan jika kualitas pemain junior tidak kalah dengan senior," ucapnya. 

Kini, Tiara menjadi salah satu Ikon Voli Indonesia. Bersama Tim Jawa Barat, Tiara kini Fokus untuk mempersembahkan medali emas untuk Kontingen Jawa Barat.


Nama                                   : Tri Retno Mutiara Lutfi
Tempat Tanggal Lahir          : Cirebon, 16 November 1997
Posisi                                   : Setter
No Punggung                      : 1

Karier 

Klub Lokal                           : 
2007-2009 Diklat Bima Putri Cirebon 
2010-2012 Puspita Majalengka 
2012- sekarang Wahana Express Grup Cirebon
Klub Profesional                  : 
2014 : Jakarta Bank DKI 
2015 : Jakarta Elektrik PLN 
2016 : Jakarta Pertamina Energi

Prestasi                         : 
Juara 1 Kejurnas Junior 2012 
Medali Emas Pekan Olahraga Pelajar Wilayah 2012 
Runner-up Livoli Divisi 1 2013 
Medali Emas Pekan Olahraga Pelajar Nasional 2013 
Medali Emas Asean School Games 2013 
Medali Emas Asean School Games 2014 
Medali Perak Asean School Volleyball Championship 2014 
Semifinal Sea Games 2015  
Juara Pertamina Proliga 2015 bersama Elektrik PLN 

Baca Juga :




Persiapan PON, tim Voli Pasir Jabar Jajal Kejuaraan Indonesia Open





Berbagai persiapan terus dilakukan masing-masing cabor yang akan berlaga di PON XIX/ 2016 Jabar, salah satunya tim voli pasir putra dan putri Pelatda Jabar yang terus menggenjot porsi latihan dan siap berangkat ke Provinsi Sulawesi dalam Kejuaraan Indonesia Open.

Pelatih voli pasir putra Pelatda Jabar, Karsono menjelaskan, saat ini komposisi pemain diisi 4 atlet meliputi Riswanto dipasangkan dengan Mochamad Arfan dan Egi Gandana dipasangkan dengan Rudi Herdiansyah. 2 pasangan tersebut sudah menujukan peningkatan prestasi sekitar 80 persen.

“Progres kerja kami Juli 2016 sudah masuk tahap akhir, Agustus 2016 tahap pra-pertandingan jadi porsi latihan akan terus digenjot sebisa mungkin,” ucapnya kepada wartawan saat ditemui di GOR Lodaya, Jalan Lodaya, Kota Bandung, Kamis (9/6).

Karsono menerangkan, meski 2 pasangan voli pasir putra sudah dinyatakan siap bertanding di PON XIX, pihaknya mengatakan secara tegas akan menurunkan 4 atlet binaanya dalam Kejuaraan Indonesia Open di Provinsi Sulawesi pasca-lebaran untuk matangkan segi tehnik dan strategi.

“Mudah-mudahan kita punya cerita, artinya bisa juara. Sedangkan saat PON XIX saya optimis bisa jadi juara umum karena banyak dukungan sebagai tuan rumah, tinggal faktor keberuntungan saja,” ungkapnya.

Disinggung lawan terkuat, Karsono menuturkan, khusus untuk voli pasir putra harus mengantisipasi Provinsi Jatim dan Yogyakarta yang merupakan pesaing karena masing-masing memiliki atlet Pelatnas.

“Yogyakarta dan Jatim masing-masing memiliki 1 atlet Pelatnas, tapi kesempatan Jabar terbuka lebar karena masing-masing pasangan dari kedua provinsi tersebut bukan atlet Pelatnas,” imbuhnya.


Hal senada diungkapkan pelatih voli pasir putri, Salman Gusniafi. Menurut dia, bila dari segi persiapan sudah setara dan sama dengan tim voli pasir putra adapun nama-nama atlet meliputi Nurmalita Nurbaiti, Lisna Maulina Agustin, Risca Andriyani Kurnia, dan Ratna Febriani. Ke-4 atlet tersebut sudah mulai digenjot porsi latihannya mengingat PON XIX kurang dari 4 bulan.

“Meski Nurmalita Nurbaiti tidak berlatih di Pelatda karena ikut di Pelatnas. Tapi solusinya saya memanggil satu atlet voli pasir yaitu ‘Desi’ untuk sparing fatner,” imbuhnya.

Kata Salaman, meski Desi tidak akan berlaga di PON XIX/ Jabar karena usianya sudah lebih dari 30 tahun tetapi ia merupakan atlet berpengalaman dan bisa menambah wawasan tanding kepada 3 atlet putri lain.

“Saya yakin Desi bisa memberikan pengalaman dan informasi seputar teknik kepada atlet yang akan turun pada PON XIX,” terangnya.

Dipihak lain, salah seorang atlet voli pasir putri, Risca Andriyani Kurnia (24) mengatakan, PON XIX/ 2016 Jabar merupakan kali kedua setelah di Riau dirinya ikut membela Jabar meski saat PON di Kalimantan Timur ia hanya masuk 8 besar. Kata Risca, berbagai persiapan terus dikembangkan mulai dari segi latihan fisik dan strategi.

“Latihan fisik dan strategi sudah pasti, tapi saya pribadi latihan rutin saja pagi pukul 08.00 Wib – 11.00 Wib kemudian dilanjutkan pada 15.30 Wib – 17.30 Wib,” terangnya.

Dara asli Kota Bandung tersebut mengaku, meskipun Jabar bertindak sebagai tuan rumah yang notabene pasti memiliki beban mental untuk menjadi juara umum. Drinya berpendapat, hal tersebut bukan masalah berarti melainkan harus menjadi acuan untuk bisa tampil maksimal saat helatan PON XIX/ 2016 Jabar.


“Beban mental pasti ada, tapi saya optimis bisa meraih medali sesuai target,” tandasnya.
Sumber : Pojokbandung.com


Pelatih Rela Jual Mobil, Agar Timnya bisa berangkat PON Jabar

Mobil Putut Marhaento 


Demi Timnya bisa Ikut PON, Pelatih tim bola voli indoor Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Putut Marhaento terpaksa menjual mobil pribadinya. Ini dilakukan untuk membayar biaya kontribusi atlet Pusat Pelatihan Daerah (Puslatda) mandiri Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX 2016 di Jawa Barat. 

Putut mengikutsertakan mobil Daihatsu Luxio AB 1437 KI tahun 2011 miliknya ke bursa mobil bekas TVRI Jalan Magelang, Yogyakarta, Minggu (12/6/2016). Melalui anaknya, Antonius Adi, ia menawarkan mobil tersebut seharga Rp 95 juta.

"Hasil penjualan akan digunakan untuk membiayai pemberangkatan 12 atlet tim putra mandiri dan 4 pelatih," ujar Putut kepada Liputan6.com.

Biaya pemberangkatan yang dimaksud adalah biaya pendaftaran atlet yang paling lambat harus disetor ke KONI Pusat melalui KONI DIY pada 15 Jun imendatang.

Putut juga berencana untuk menjual mobil lainnya, Suzuki Elf, jika biaya yang dibutuhkan masih kurang. Ini mengingat hasil penjualan Luxio hanya bisa menutup uang pendaftaran sebesar Rp 88 juta. Sementara tim masih membutuhkan biaya untuk pembelian kostum yang diperkirakan mencapai Rp 30 juta.

Berdasarkan aturan, papar Putut, atlet mandiri dan unggulan seharusnya dibiayai KONI karena mewakili Daerah Istimewa Yogyakarta. Tapi karena keterbatasan biaya, maka KONI hanya membayar separuhnya. Lalu muncul dikotomi atlet unggulan lebih berpotensi mendulang medali, sehingga atlet itulah yang dibiayai.

"Padahal namanya atlet seharusnya tidak dibedak-bedakan, selama mewakili Yogyakarta ya haknya sama karena medali membutuhkan proses, bagaimana pun KONI juga bertanggung jawab," kata mantan pelatih tim bola voli putra Jakarta Elektrik ini. Putut menargetkan tim atlet mandiri dapat masuk final PON XIX Jawa Barat.

Sementara itu, bendahara Pengurus Daerah Pengda Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia (PBVSI) DIY Sujadi menuturkan sejauh ini baru Pemkab Sleman dan Bantul yang membantu biaya keberangkatan atlet mandiri.

"Ada satu atlet dan satu pelatih Sleman dan dua atlet Bantul. Biaya yang digelontorkan dari Pemkab Sleman sebesar Rp 5,85 juta untuk masing-masing atlet dan pelatih, sedangkan Bantul memberikan Rp 2,5 juta per atlet," ucapnya.

"Atlet dari kota Yogya ada 9 orang dan belum dapat bantuan sama sekali dari pemkot."

Ia mengatakan pemkot tidak memiliki anggaran untuk membiayai para atlet mandiri mengikuti PON.