PROFIL RENDY TAMAMILANG, BINTANG VOLI MUDA INDONESIA

Rendy Tamamilang saat berlaga di PON XIX 2016 Jabar
Rendy Tamamilang sudah sering kita dengar di kancah voli nasional. Smash keras dan pukulan back attacknya kerap membuahkan point bagi timnya. Memiliki power pukulan yang keras dan lompatan yang tinggi seringkali berhasil melampaui lompatan dari bloker lawan yang memiliki tubuh lebih tinggi.


Berbagai prestasi berhasil ia torehkan dalam usia yang masih muda. Saat dirinya baru kelas 3 SMA, Rendy berhasil menyabet MVP Proliga 2014 bersama tim Surabaya Samator. Dan tahun 2016 dirinya berhasil membawa surabaya samator juara Proliga serta mempeertahankan emas untuk tim Jatim.
Rendy tidak akan pernah tahu nasibnya jika lima tahun lalu menolak ajakan untuk pindah ke Surabaya Samator dan tetap bertahan di Kota Bitung, Sulawesi Utara. Mungkin nama Rendy Febriant Tamamilang tidak akan ada dalam susunan pemain Samator ketika meraih gelar Proliga 2014, dan 2016 dan di kancah bola voli nasional pada umumnya.

Baca Juga : Profil Ramli Gebot Mukodar Quicker tarkam yang terkenal di medsos
Sebab, Rendy hanya butuh waktu tiga tahun untuk  menuju skuad utama, open spiker berusia 21 tahun itu berhasil menggebrak dunia bola voli nasional dengan gelar pemain terbaik atau Most Valuable Player (MVP) Proliga 2014. Rendy merupakan MVP termuda di sektor putra sejak Proliga digulirkan 2002 hingga kini.

Ketika itu, ajakan dari bintang Samator, Ayip Rizal, kepada Rendy hampir gagal. Hal Itu terjadi lantaran keinginan hijrah dari Bitung sempat ditolak habis-habisan oleh pelatihnya saat di tim prakualifikasi pekan olahraga nasional (PON) Sulut Estevanus Palili.

Berbagai upaya dilakukan Estevanus untuk membelokkan upaya Rendy. Mulai digandoli secara halus hingga dicaci maki dan dicap tidak akan bisa berkembang jika bermain di Pulau Jawa bersama Samator.
Namun pada kenyataannya, Rendy berhasil  masuk tanpa seleksi lagi, hanya setahun bertahan sebagai pemain di luar bench, lalu masuk ke bench sebagai pemain pengganti, dan masuk skuad reguler sejak tahun ini. "Semua itu saya jadikan sebagai motivasi. Toh, saya sekarang sudah membuktikan bahwa saya bisa masuk di tim Samator. Ke depan saya siap meraih semua yang terbaik, ujar Rendy.
Sebagai anak muda yang belum pernah bergabung dengan klub, Rendy memang beruntung bisa bergabung Samator. Apalagi, klub yang bermarkas di Bambe, Driyorejo, tersebut dikenal sebagai gudang pemain timnas. Kesempatan bermain bersama Mahfud Nurcahyadi, Veleg Dhani, I Putu Randu, dan Samsul Kohar di Samator dianggap sebagai sebuah tempaan.
Lebih dari itu, pemain bertinggi 191 sentimeter itu juga ingin menebus kegagalan bapaknya, Frits Tamamilang, menembus timnas SEA Games. Ayahnya pernah masuk timnas kelompok usia, tetapi belum bisa menembus timnas SEA Games. "Kalau Bapak dulu gagal, saya harus bisa main di SEA Games," tekadnya.
Dan kini keputusannya itu ternyata berbuah manis, Rendy berhasil meraih berbagai prestasi bersama Samator dan berhasil masuk ke Timnas Indonesia. Terbaru , rendi menjadi bagian dari skuad Jatim yang meraih emas kembali di PON XIX Jabar. Serta ikut mewakili Indonesia bersama samator, di kejuaraan Klub Asia di filipina bulan lalu.


Baca Juga : Profil Libero masa Depan Timnas Wahida Tasya Muntaza
Sebagai pelatih yang pernah menangani timnas Indonesia dan pelatihnya di Surabaya samator,Ibarsjah Djanu Tjahjono menyebut pemain mudanya itu sudah punya bekal begitu menapaki di tangga juara dan menjadi pemain terbaik di Proliga.

Banyak pemain muda yang pernah meledak bersama klub di satu tahun, kemudian anjlok pada tahun berikutnya. Tren yoyo itulah yang tidak diinginkan Ibarsjah terjadi pada diri Rendy. Menjaga dari sisi mental disebutnya yang paling susah. Bagaimana menjaga pemain supaya tidak merasa ada di atas.
"Kalau sudah merasa di atas, tidak akan ada lagi peningkatan. Terutama, pemain seusia Rendy ini rawan-rawannya. Itu akan menjadi tugas saya sebagai pelatih supaya tetap mempertahankan mentalnya.
Nama
Rendy Febriant Tamamilang
Panggilan
Rendy
Lahir
Bitung, Sulawesi Utara, 12 Februari 1996
Tinggi/berat
191 cm/80 kg
Posisi spesialis
Open Spike
Nomor punggung
17
Klub
Surabaya Samator
Nama orang tua
Frits Tamamilang (ayah), Pegy Janis (ibu)
Nama saudara kandung
Rizky Tamamilang (kakak), Rivaly Tamamilang (adik)
Pemain idola
I Nyoman Rudi Tirtana
Karir klub      
Surabaya Samator (2011-sekarang)


Prestasi         :
Juara Popda Sulut 2009
Juara Kejurnas Junior 2012 dan 2013
Juara Asian School Games 2013
Juara Proliga 2014
MPV proliga 2014
Medali perak Sea Games 2015
Juara Proliga 2016
Medali emas PON XIX 2016 (jatim)


PROFIL RAMLI GEBOT MUKODAR, QUICKER TURNAMEN TARKAM YANG KINI TERKENAL DI MEDSOS



Ramli Mukodar, sumber : ig @ramligebot11

Ramli Gebot, atau nama aslinya Dede Ramli Mukodar kini mendadak terkenal di kalangan pecinta voli Indonesia. Bagaimana tidak, video-video permainannya yang beredar di Instagram dan youtube berhasil menarik perhatian para netizen penggemar voli.

Pemain asal Tasik Jawa Barat ini memiliki ciri khas unik ketika melakukan smash. Ramli tidak melakukan awalan jauh sebagaimana umumnya Spiker. Namun, Ramli yang hanya berdiri di bawah net, sanggup melakukan lompatan yang sangat tinggi tanpa awalan yang jauh.
Selain itu, kelebihan Ramli juga adalah bisa melakukan variasi serangan yang sulit ditebak bloker lawan. Hal ini tentunya tidak lepas dari setter yang sudah sehati dengan Ramli dan mengetahui bola kesukaannya dan arah pergerakan Ramli.

Bermain dari satu turnamen Tarkam ke Tarkam lainnya, membuat Ramli memiliki banyak Penggemar karena keunikan smashnya tersebut, dan merekam video aksinya di lapangan. tidak hanya di Indonesia, video Ramli yang direpost oleh akun instagram voli Internasionalpun menuai banyak komentar.

Berikut kumpulan video Ramli Gebot Mukodar :



 Berikutnya :



dan video dari Instagram :


Mudah-mudahan suatu saat kita bisa menyaksikan aksinya di Layar kaca dan bisa menembus klub profesional.

PROFIL LIBERO MASA DEPAN INDONESIA WAHIDA MUNTAZA ARIFIN

Wahida Tasya Muntaza Saat berlaga di PON XIX,  sumber : Antara foto.

Wahida Muntaza Arifin atau akrab dipanggil Tasya menjadi salah satu bintang pada PON XIX 2016 Jabar dan Proliga 2016 kemarin. Sebagai pemain yang berposisi sebagai Libero, Seberapapun kerasnya smash lawan dan sulitnya bola yang datang kepadanya, Tasya selalu berusaha memberikan Recife yang baik agar bola bisa diumpan dengan baik oleh setter dan menghasilkan umpan cantik bagi para penyemes timnya.

Tugas sebagai libero tidaklah mudah. Pemain yang berposisi libero di olahraga voli, harus memiliki fisik serta reaksi yang prima demi bisa menangkal serangan dengan baik. Selain itu, Konsentrasi juga merupakan salah satu kunci menjadi libero handal.

Namun, semua itu dijalani dengan baik oleh Tasya --sapaan akrab Wahida. Tingginya yang hanya 155 cm, tak menghalanginya untuk bisa membendung spike keras dari lawan-lawannya macam Aprilia Manganang, Nandita Ayu, Novriali Yami, bahkan bola smash dari mantan pemain dunia Macam Wang Yimei dan Streinbecher pun bisa Tasya Atasi.

Saat berada di atas lapangan, Tasya terlihat tak canggung ketika bermain. Penampilannya seperti pemain yang sudah sangat berpengalaman. Di usianya yang masih sangat belia, tasya mampu bermain baik dengan para seniornya.

Setiap tampil dalam tim, Tasya selalu terlihat paling energik. Dengan gaya rambut diikat ekor kudanya, dia selalu melompat-lompat kecil ke kiri dan kanan layaknya menari sebagai tanda siaga siap menerima serve bola dari lawan.

Tak cuma bertubuh pendek, Tasya ternyata juga masih sangat muda. Usianya saat ini baru 17 tahun. Dan dia masih berstatuskan siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) Pasundan 1, Bandung. "Dulu sih, awal-awal minder. Yang pasti saya merasa minder ketika melihat orang tinggi-tinggi. Sedangkan, aku pendek banget. Tapi lama-kelaman aku mulai merasa percaya diri dan menyadari kita punya kelebihan masing-masing," kata Tasya.

Perjalanan karier Voli Tasya tak lepas dari peran kedua orang tuanya yang selalu memberikannya dukungan penuh. Tasya mengenal voli sejak masih usia SD. Awalnya tasya berposisi sebagai Spike saat SD. Namun ketika memasuki usia SMP, pertumbuhan Tubuh Tasya mentok di angka 155 cm. Sementara kawan-kawan sebayanya tumbuh semakin tinggi. Dan Tasya pun lebih memilih banting setir menjadi Libero karena memiliki Recife yang bagus.

Tasya mengaku menyukai voli sejak masih duduk di bangku sekolah dasar. Saat melihat para senior sedang bermain bola voli, pemain yang berambut pendek ini jatuh cinta. Dia pun mulai rajin berlatih setiap hari. Setapak demi setapak dia menekuni jalan menuju ke voli profesional.

Di lapangan, Tasya menjadi pusat perhatian penonton karena tampil begitu enerjik di atas lapangan. Dia tak kenal lelah saat harus membendung serangan-serangan lawan.

Walaupun sudah jatuh bangun membendung serangan lawan, tetap saja dia sering dimarahi oleh sang pelatih Risco Herlambang. Usut punya usut, Ternyata itu semua disebabkan oleh sifat Tasya yang pendiam. Tasya kerap lupa untuk mengarahkan rekan-rekannya saat membangun pertahanan.

"Aku paling sering kena marah karena orangnya pendiam. Sering dimarahi, diingatkan terus untuk bicara ke rekan satu tim. Tapi, ya begini adanya aku," jelasnya.

“Saya tak tahu kapan bisa menembus timnas, kalau ada rezeki pasti masuk. Yang penting saya harus berusaha lebih keras lagi supaya bisa masuk timnas,” tegas Tasya.

Risco pun selalu mengingatkan Tasya agar lebih cerewet saat bermain. Sebab, menurutnya, Tasya punya potensi besar untuk menjadi libero terbaik Indonesia dan menjadi suksesor Berllian Marsheilla di Timnas Putri.

Risco pun mengatakan bahwa tasya bisa menjadi salah satu pemain hebat Indonesia, Risco menilai bahwa sudah perlu adanya regenerasi di Timnas, mengingat kini, timnas hanya memiliki Berllian Marsheilla yang menjadi Libero andalan, sedangkan untuk penggantinya belum ada yang sepadan, menyusul dewi Wulandari yang sudah memasuki usia senja di lapangan.

Karier Klub :
Amatir : Wahana Express Grup (2014-sekarang)
Pro      : Jakarta Pertamina Energi (2016)

Prestasi
Runner up Proliga 2016

Medali emas PON XIX 2016 Jabar

JATIM PERTAHANKAN EMAS VOLI INDOOR PUTRA DAN JADI RAJA PON SEJAK TAHUN 2000

 Tim Jatim saat melawan Jateng di Final ; (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Supremasi tim voli putra Jawa Timur sebagai tim terbaik di ajang PON berlanjut. Randy Tamamilang dkk berhasil meraih medali emas PON XIX/ 2016 setelah menundukkan Jawa Tengah di GOR Sabilulungan Jalak Harupat, Soreang, Bandung, Rabu (28/9) malam.

Jatim awalnya memang sempat tertinggal pada set pertama. Namun, pengalaman dan strategi permainan yang jitu, membuat Randy dkk berhasil memaksa skor deuce 24-24. Saat poin krusial, Jatim ternyata mampu mengambil set dan menutupnya 28-26.

Set kedua, Jatim yang sempat lambat panas di set pertama langsung setel kencang. Mereka meninggalkan lawan dan menyudahi set kedua dengan keunggulan jauh, 25-18. Set ketiga, Jatim semakin tak terbendung dan mampu terus leading untuk menutup pertandingan dengan 25-19.

Dengan torehan ini, voli putra Jatim sukses mempertahankan emas PON sejak edisi XV/2000 di Sidoarjo, Jatim. 

Pelatih voli Jatim, Ibarsyah Djanu mengucap syukur timnya bisa kembali meraih medali emas di PON. Torehan pribadi pun dicatatkan Ibarsyah.
Selama menukangi voli putra Jatim, Ibarsyah sudah empat kali merasakan juara PON terhitung sejak 2004 lalu. Dia berterima kasih kepada publik Jatim yang telah mendukung timnya selama PON berlangsung.
"Kami lima kali secara beruntun juara mulai dari tahun 2000 hingga sekarang. Ada beban memang mempertahankan juara, tapi ini berkat doanya masyarakat Jatim," ucap Ibarsyah kepada , di Gelora Sabilulungan Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, Rabu, 28 September 2016.
Meski demikian, dia mengakui anak asuhnya sempat grogi di set pertama, sehingga permainan tidak sesuai dengan yang diharapkan.
"Main di final mental bermain beda, tapi saya bilang ke anak-anak main lepas saja, bermain tanpa beban," kata Ibarsyah.

"Alhamdulillah kami bisa mempertahankan gelar juara. Ini adalah gelar kelima secara beruntun sejak PON 2000 silam," ucap Ibarsjah Danu, pelatih Jatim, usai laga.

Sayang, sukses di sektor putra tak dibarengi oleh keberhasil tim putri Jatim. Mereka harus mengakui keunggulan tuan rumah Jawa Barat di final dengan skor 3-0 (25-16, 25-17, 25-21). 

GENERASI EMAS TIM PUTRI JAWA BARAT


Generasi Emas Voli Putri Jawa Barat.
Tim voli putri Jawa Barat sukses menyabet medali emas PON XIX 2016 usai mengalahkan Jawa Timur di final, Rabu (28/9/2016). Tim voli putri Jabar saat ini dianggap sebagai generasi emas mereka selama keikutsertaan di ajang PON.

Amalia Fajrina Nabila, Agustin Wulandhari, Yolla Yuliana, Wahida Muntaza, Wilda Siti Nurfadilah, Putri Andya, dan Tri Retno Mutiara, merupakan pevoli-pevoli putri kemampuan yang tidak usah diragukan lagi. Kekuatan ini pula yang membuat Jabar disegani tim-tim lawan selama PON 2016.

Pada PON 2012 di Riau, Jabar juga merebut medali emas dengan mengalahkan lawan yang sama di final, Jatim. Ada empat pevoli putri tim Jabar yang mengantarkan meraih medali emas di PON 2012 dan PON 2016, yakni Amalia Fajrina Nabila, Agustin Wulandhari, Yolla Yuliana, serta Komang Bumi Rekta. 

Tim jabar saat melawan papua.

Namun, pada PON 2020 di Papua, wajah dan permainan empat pevoli putri itu tidak bisa kita nikmati lagi. Faktor pembatasan di PON  menjadi alasan Amalia, Agustin, Yolla, dan Komang tidak lagi ambil bagian di PON Papua 2020. Hanya Wilda Siti Nurfadillah yang masih mungkin untuk menjadi andalan Jabar di PON selanjutnya."Malam sebelum final kami sudah menetapkan, final ini main buat siapa, dan bertanding di lapangan buat siapa. Kami main buat Jawa Barat," dia menuturkan.

Selain motivasi kado terakhir untuk Jabar di PON, selama di lapangan, semua rekan-rekannya saling memompa semangat satu sama lain. Prinsip pevoli putri kelahiran 26 April 1994 ini, terpenting berjuang semaksimal mungkin dan hasil terbaik akan datang.

"Saya selalu bilang sama teman-teman, ini final terakhir, nikmati saja permainannya. Toh kalau memang jelek, pelatih sudah punya strategi lain. Mungkin ganti taktik, tapi kalau semua main all-out, semua bisa dicapai," ujar mantan pemain Jakarta Pertamina Energi ini.

"Ini menjadi PON terakhir bagi saya, Yolla (Yuliana), Agustin (Wulandhari), Komang (Bumi Rekta). Sama sekali tidak terbebani dengan permintaan hadiah dari pelatih," ujar Amalia kepada wartawan seusai pertandingan final, Rabu (28/9/2016).

Meski demikian, pelatih tim voli putri Jabar, Risco Herlambang, mengaku tidak khawatir dengan hal tersebut. Menurut Risco, Jawa Barat dikenal sebagai penghasil pevoli putri potensial. Dia percaya para pengganti keempat pemain itu akan muncul. sekarang saja junior mereka seperti Legisya Nurasiah, Yasmin Nafisa, dan Putri sudah terlihat siap menggantikan peran senior mereka.

"Soal generasi, buat saya Jawa Barat tidak perlu takut, di PON ini saja, tim lain seperti Sulut dan Papua ada pemain dari Jawa Barat. 4 tahun kan cukup lama, walaupun saya prediksi nanti itu PON 2020 pemain paling tua kelahiran 1995, mungkin nanti pengurus lah yang lebih tahu," ujar Risco saat ditemui wartawan.

"Walaupun di tim sekarang ada 8 pemain yang bisa main di PON 2020, tapi itu bukan jaminan. Mungkin tim voli putri Jabar nanti butuh penembak, sebagai pengganti Amalia," katanya.

Tim Jabar memang sangat mengandalkan klub-klub internal mereka yang merupakan penghasil pemain handal di sektor putri. seperti Bandung Alko yang pada proliga kemarin para pemainnya diambil oleh Jakarta Elektrik PLN. dan Wahana Express Grup Cirebon Yang pemainnya banyak diambil oleh Jakarta Pertamina.

Tim jabar merayakan kemenangan
Risco menuturkan, tim voli putri Jabar yang sekarang adalah miniatur tim  nasional voli putri Indonesia. dan hampir 80% komposisi skuad diisi pemain yang menjadi penghuni timnas seperti Amalia Fajrina, Yolla, Wilda Nurfadilah, Komang Bumi Rekta, Tri Retno Mutiara, Dengan lengkapnya posisi di lapangan, Risco meyakini Jabar masih akan menjadi salah satu unggulan untuk merebut medali emas di PON 2020 Papua.

"Di luar tim ini, yang masih muda-muda ada beberapa yang benar-benar berpotensi. Dan pada PON kali ini membela daerah lain. Alhamdulillah, Jawa Barat tidak kekurangan potensi kalau pevoli putri. Kita tunggu saja generasi selanjutnya bagaimana," katanya.



sumber : www.liputan6.com

ATLET CANTIK TIM PON SULAWESI UTARA YANG BIKIN KLEPEK-KLEPEK




Tim Voli Putri Sulut : minahasaberita.top
Tim voli putri Sulawesi Utara harus mengakui keunggulan Jawa Barat di semifinal cabang olahraga bola voli indoor PON Jawa Barata 2016, Selasa (27/9/2016). Kalah 3-0 dari Jabar, Sulut harus puas berebut medali perunggu dengan tim voli putri Papua Barat, yang dikalahkan Jawa Timur di laga semifinal lainnya.

Meski demikian, Sulut tidak kalah segalanya dari tim voli putri Jabar, yang memang dikenal bertabur bintang dan berisi gadis-gadis cantik. Untuk urusan pesona di lapangan, Sulut juga memiliki sederet pemain putri berparas elok.

Graciea Suwu, Mariane Adeli, dan Desi Sri Ayu adalah sedikit dari nama-nama pemain voli putri Sulut yang membuat para pria gagal fokus menyaksikan pertandingan. Mereka juga tampil begitu bersemangat saat menghadapi Jabar, yang didukung ribuan suporternya di GOR Sabilulungan Jalak Harupat, Soreang, Kabupaten Bandung.

Gradiea Suwu : liputan6.com
"Tekanan dari suporter lawan tidak mengganggu performa tim kami, justru menguji mental kita jadi lebih baik. Aku kan juga baru pertama tampil di PON, jadinya enggak masalah sih, bagus buat melatih mental juga," kata Graciea saat ditemui Liputan6.com seusai pertandingan melawan Jabar.

Sulut membuat kejutan dengan menyingkirkan tim voli putri DKI Jakarta di perempat final PON Jabar. Namun, bagi pevoli berusia 20 tahun ini, keberhasilan tim voli putri Sulut merupakan hasil latihan selama tiga bulan sebelumm berkiprah di PON Jabar.

"Dari awal kami merasa tidak lebih buruk dari DKI. Selama kita berusaha yang terbaik, pasti ada hasilnya. Bola itu bundar. Dari awal target Sulut bawa pulang medali dari voli indoor putri PON Jabar," ujar mahasiswi semester lima di Trisaksi kampus A, Jakarta ini.

Graciea mengaku main voli sejak kelas 6 SD, namun mulai serius dengan masuk klub saat SMP. Pemilik nomor punggung 9 di Sulut ini berharap PON menjadi ajang pencarian bibit-bibit sebelum bisa tampil di Proliga atau tim nasional voli Indonesia.

"Teman mama ngajak main voli, aku dibilang punya potensi, akhirnya ya sudah terus sampai sekarang. Tahun lalu enggak main di Proliga, dua tahun lalu sempat di Pertamina, tapi enggak masuk 12 pemain. Kalau tahun lalu aku cedera," ucap gadis kelahiran Jakarta ini.

Mariane Adeli : no 6
Sementara itu, rekan setim Graciea, Mariane Adeli, juga memiliki pesona menawan saat berkostum voli putri Sulut di PON Jabar. Gadis yang akrab disapa Ane ini masih berstatus pelajar SMA, namun permainannya cukup mengesankan hingga mampu membawa Sulut ke semifinal.

Graciea dan Ane sendiri sama-sama tinggal di Bekasi, namun mencoba menimba pengalaman dengan memperkuat Sulut di PON Jabar. Lain halnya dengan Desi Sri Ayu, pemain bernomor 11 tim voli putri Sulut, yang ternyata berasal dari Bandung.

Desi Sri Ayu : Liputan6.com
Desi, yang berusia 19 tahun ini diketahui sudah bekerja di TNI Angkatan Darat. Kendati tidak membela tanah asalnya, Jabar, Desi berusaha membuktikan diri selama PON kali ini dan hasilnya Sulut mampu melaju hingga empat besar, meski awalnya banyak yang meragukan.

sumber : liputan6.com