Nandita Ayu Salsabila |
Nandita Ayu Salsabila,
pemain voli muda berbakat yang dimiliki Indonesia. Memiliki paras Ayu seperti
namanya, dan smash-smash kerasnya kerap menghujam pertahanan lawan timnya membuat
nandita disebut-sebut sebagai calon pengganti Amalia Fajrina Kelak.
Siapa sangka, Nandita Ayu
sendiri adalah anak mantan bek kiri legendaris Timnas Indonesia. Sudirman, sang
ayah, adalah pria yang besar di lapangan sepak bola dan menjadi andalan timnas
garuda pada medio 90an. Sedangkan Tri Wahyuni, sang ibu, adalah mantan pemain
Timnas voli putri Indonesia di era 1990-an.
Buah jatuh tidak jauh dari
pohon. Pepatah itu, tampaknya, pas untuk menggambarkan keluarga Sudirman, ayah
dari Nandita Ayu. Mantan bintang tim nasional sepak bola Indonesia tersebut
mempunyai keluarga yang istimewa. Betapa tidak, istri dan tiga anaknya
berkecimpung dalam dunia olahraga.
Tri Wahyuni, Ibu nandita, adalah penggawa timnas voli pada era 1990-an yang berhasil membawa medali perak pada SEAgames 1996. Ayu memiliki dua orang adik yaitu Tasya Aprilia Putri, yang kini menajadi andalan timnas Junior dan bersekolah di SKO Ragunan Jakarta. Sementara itu, Risky M. Sudirman, Adik bungsu Ayu, mengikuti jejak sang ayah menjadi pemain bola. Risky bergabung di Sekolah Sepak Bola (SSB) Villa 2000.
Tri Wahyuni, Ibu nandita, adalah penggawa timnas voli pada era 1990-an yang berhasil membawa medali perak pada SEAgames 1996. Ayu memiliki dua orang adik yaitu Tasya Aprilia Putri, yang kini menajadi andalan timnas Junior dan bersekolah di SKO Ragunan Jakarta. Sementara itu, Risky M. Sudirman, Adik bungsu Ayu, mengikuti jejak sang ayah menjadi pemain bola. Risky bergabung di Sekolah Sepak Bola (SSB) Villa 2000.
“ Sejak kelas 1 SD saya
sering melihat mamah latihan hingga akhirnya tertarik dengan voli. Saat kelas 3
SD, saya mulai sering berlatih sama mamah. Kelas 5 SD, saya masih klub hingga
akhirnya memperkuat Indonesia tepat pada kelas 2 SMP," ujar Ayu.
Ayu -sapaan Nandita Ayu Salsabila sudah harus rela tinggal jauh dari keluarga sejak SMP, hal itu dikarenakan dirinya harus tinggal di Asrama SKO Ragunan dan Hal itu membuatnya harus berpisah dengan keluarga. Namun, Sebagai kepala keluarga, Ayahnya sadar betul kondisi yang harus dialami itu. Sebagai mantan atlet nasional, dia tahu benar kerasnya latihan yang harus dilakoni atlet profesional..
Risiko atlet, jarang pulang ke rumah, sibuk latihan. Terkadang jika ada TC di timnas atau main di luar kota, Ayu harus jauh dari orangtuanya.
Sudirman sengaja mengarahkan anaknya menjadi atlet. Hal itu berdasarkan pada kisah hidupnya sendiri. ''Karena saya dulu pemain sepak bola dan ibunya pemain voli, kami sudah merasakan enaknya jadi atlet. Sekarang kami tinggal menikmati,'' ujar pria yang saat aktif menjadi pemain berposisi sebagai bek kiri tersebut.
Karena itu, Sudirman dan istri berusaha keras mengarahkan buah hatinya untuk mencintai olahraga. Tidak hanya mengajak ke lapangan saat berlatih, tapi juga membujuk sang anak untuk mau berlatih. ''Ada saja caranya, mulai memaksa sampai dibujuk untuk mau berlatih. Biasanya kami belikan makanan kesukaan mereka, tapi setelah itu harus latihan,'' ucapnya lantas tertawa.
Perjuangan Ayahnya tidak sia-sia. Ayu yang kini berhasil masuk timnas. Dan dia menjadi pemain profesional di klub Proliga, serta kini menjadi andalan provinsi DKI Jakarta di PON kemarin.
''Sekarang mereka menikmati
hasilnya. Memang berat, tapi ujungnya kan enak juga. Kami tidak perlu memberi
uang jajan. Malah sekarang mereka bisa memberi orang tuanya,'' tutur Sudirman.
Ayu mengakui, orang tuanya telah memberikan jalan yang tepat. Meski harus lelah berlatih dan kehilangan waktu bermain, dirinya tidak pernah menyesal menjadi atlet profesional. Dia bersyukur punya orang tua yang mantan atlet. Selain bakat yang menurun kepada dirinya, Ayu semakin terbantu dengan atmosfer latihan yang dibawa orang tuanya.
''Saya beruntung, latihan yang saya dapatkan dari orang tua tentu berbeda. Karena itu, saya bisa seperti sekarang ini,'' tuturnya.
Untuk mendukung kemampuan, Ayu memiliki alat latihan sendiri di rumah. Bukan hanya latihan, untuk menu makanan dan suplemen pendukung, dia lebih diperhatikan dan beruntung dibanding rekan-rekannya. Ayu mendapat multivitamin yang tepat dan rutin, sehingga mendukung perkembangan fisiknya.
''Tempat dan alat latihan saya sudah siap. Multivitamin juga sudah disiapkan. Saya bertekad meraih prestasi lebih tinggi dari orang tua,'' tegasnya.
Ayu menyadari tidak bisa menikmati masa muda dengan bebas. Namun, dia sedikit terobati karena sedari SMP sudah terbiasa tinggal dan berkumpul dengan rekan-rekan sesama pemain yang sebaya. Ayu merasa lebih nyaman tinggal di mes karena bisa terus berkumpul dengan teman-temannya.
''Saya tetap bisa main meski saya lebih sibuk dibanding anak seusia saya. Saya harus berlatih setiap hari dari mulai latihan pagi dan latihan sore, bahkan terkadang Ayu harus rela berpanas terik saat berlatih Fisik di tengah hari. Tapi, saya menikmatinya,'' tegas pemain yang berposisi sebagai open spiker tersebut.
Cita-cita Ayu ke depan adalah bisa melampaui pencapaian ibunya yang meraih medali perak dalam ajang SEA Games. Dia berambisi mempersembahkan emas untuk Indonesia. ''Saya berusaha keras. Mudah-mudahan voli juga terus berkembang di Indonesia,'' ungkapnya.
Ayu mengakui, orang tuanya telah memberikan jalan yang tepat. Meski harus lelah berlatih dan kehilangan waktu bermain, dirinya tidak pernah menyesal menjadi atlet profesional. Dia bersyukur punya orang tua yang mantan atlet. Selain bakat yang menurun kepada dirinya, Ayu semakin terbantu dengan atmosfer latihan yang dibawa orang tuanya.
''Saya beruntung, latihan yang saya dapatkan dari orang tua tentu berbeda. Karena itu, saya bisa seperti sekarang ini,'' tuturnya.
Untuk mendukung kemampuan, Ayu memiliki alat latihan sendiri di rumah. Bukan hanya latihan, untuk menu makanan dan suplemen pendukung, dia lebih diperhatikan dan beruntung dibanding rekan-rekannya. Ayu mendapat multivitamin yang tepat dan rutin, sehingga mendukung perkembangan fisiknya.
''Tempat dan alat latihan saya sudah siap. Multivitamin juga sudah disiapkan. Saya bertekad meraih prestasi lebih tinggi dari orang tua,'' tegasnya.
Ayu menyadari tidak bisa menikmati masa muda dengan bebas. Namun, dia sedikit terobati karena sedari SMP sudah terbiasa tinggal dan berkumpul dengan rekan-rekan sesama pemain yang sebaya. Ayu merasa lebih nyaman tinggal di mes karena bisa terus berkumpul dengan teman-temannya.
''Saya tetap bisa main meski saya lebih sibuk dibanding anak seusia saya. Saya harus berlatih setiap hari dari mulai latihan pagi dan latihan sore, bahkan terkadang Ayu harus rela berpanas terik saat berlatih Fisik di tengah hari. Tapi, saya menikmatinya,'' tegas pemain yang berposisi sebagai open spiker tersebut.
Cita-cita Ayu ke depan adalah bisa melampaui pencapaian ibunya yang meraih medali perak dalam ajang SEA Games. Dia berambisi mempersembahkan emas untuk Indonesia. ''Saya berusaha keras. Mudah-mudahan voli juga terus berkembang di Indonesia,'' ungkapnya.
Turnamen internasional
pertama yang diikuti Ayu saat itu adalah ASEAN School 2012. Posisinya saat itu
masih libero, bukan open spike seperti yang diguluti Ayu saat ini. Itu adalah
salah satu momen membanggakan bagi Ayu.
Pasalnya, ia terpilih setelah dilakukan seleksi dari seluruh Indonesia dan menjadi pemain paling muda di sana. Nasehat sang ibu menjadi faktor utama yang mengantarkan Ayu ke pintu menuju kesuksesan.
"Mamah selalu bilang agar saya tidak sombong. Ia juga mengingatkan jangan nge-down saat melakukan kesalahan," tutur Ayu.
Pasalnya, ia terpilih setelah dilakukan seleksi dari seluruh Indonesia dan menjadi pemain paling muda di sana. Nasehat sang ibu menjadi faktor utama yang mengantarkan Ayu ke pintu menuju kesuksesan.
"Mamah selalu bilang agar saya tidak sombong. Ia juga mengingatkan jangan nge-down saat melakukan kesalahan," tutur Ayu.
Target Selanjutnya
Di ajang SEA Games, ia juga
sudah dua kali memperkuat Indonesia. Jika pada SEA Games Myanmar 2013 belum
berstatus pemain inti, wanita kelahiran 12 Juli 1997 itu sudah mendapatkan
tempat utama di SEA Games Singapura 2015.
Nandita Ayu memperoleh penghargaan miss vtv cup |
Prestasi membanggakan baru
saja direngkuh Nandita Ayu Salsabila. Ketika ikut membela Timnas voli putri
Indonesia, ia dinobatkan sebagai Miss Bola Voli Piala VTV 2016 di Vietnam.
Kebetulan, Ayu juga sukses membawa Timnas Indonesia finis di peringkat ketiga.
Mengenai penghargaan Miss Bola Voli Piala VTV 2016, Ayu juga mengaku tidak menyangka. Kreteria pemilihan itu adalah atlet yang paling cantik di setiap tim dan melihat performanya selama di lapangan.
Mengenai penghargaan Miss Bola Voli Piala VTV 2016, Ayu juga mengaku tidak menyangka. Kreteria pemilihan itu adalah atlet yang paling cantik di setiap tim dan melihat performanya selama di lapangan.
Ya, saya sendiri kaget
ketika nama saya yang disebutkan. Sebelum dipilih, saya sempat menjalani proses
pemotretan seperti model. Sempat risih karena saya tak pernah make up
sebelumnya," ungkap Ayu sembari tertawa.
Kini, Ayu bertekad melanjutkan prestasinya dengan meraih gelar juara Proliga 2017. Setelah menjuarai Proliga 2012 dan 2013 bersama Popsivo Polwan, tahun depan mahasiswa semester 3 manajemen Trisakti itu akan memperkuat Pertamina.
Kini, Ayu bertekad melanjutkan prestasinya dengan meraih gelar juara Proliga 2017. Setelah menjuarai Proliga 2012 dan 2013 bersama Popsivo Polwan, tahun depan mahasiswa semester 3 manajemen Trisakti itu akan memperkuat Pertamina.
Dari berbagai sumber