Pelatih Jakarta Elektrik PLN Tian Mei, tak segan-segan memberikan hukuman kepada para pemainnya bila bermain buruk. |
Kemenangan saja tidak cukup bagi pelatih asing tim-tim voli
di Proliga 2017. Di kejuaraan voli paling bergengsi di Tanah Air ini, para
pemain dituntut tampil bagus, tak asal menang.
Tim Putri Jakarta Elektrik PLN mengemban beban berat itu
dari pelatihnya, Tien Mei, yang asal China. Tien Mei, yang dikenal tegas dan
melatih klub ini sejak 2011, mewajibkan pemainnya tampil bagus. Kemenangan tak
akan berarti baginya jika tim bermain di bawah performa. Meleset dari asa
pelatih, hukuman berat diberikan.
Pada laga melawan BNI Taplus, Jumat (3/3), Berlian
Marsheilla yang akrab disapa Sheilla dan teman-temannya di Elektrik PLN sudah
siap dihukum. Meski menang 3-0 (25-19, 25-18, 25-23) atas Jakarta BNI Taplus,
Elektrik PLN tak kuasa menampilkan aksi terbaik, seperti diharapkan Tien Mei.
Sepanjang pertandingan, Tien Mei hanya duduk di kursinya.
Ia diam saja dan tidak banyak berdiri di pinggir lapangan. “Kalau sudah diam
saja begitu, berarti dia marah. Dia tidak suka melihat cara kami bermain. Sudah
pasti kami akan dihukum,” kata Sheilla sambil tersenyum.
Sheilla mengakui malam itu tim bermain kurang bagus. Mereka
tidak bisa memainkan bola dengan baik. Sementara pengumpan juga tidak maksimal
melepas bola-bola untuk smes.
“Kalau tidak bisa bermain bagus, biasanya kami tidak akan
dikasih libur. Harus latihan terus,” kata Sheilla. Tien Mei di putaran kedua
ini menerapkan hukuman bagi seluruh pemain, tak hanya perorangan.
Dengan cara ini, menurut asisten pelatih Abdul Munif, Tien
Mei berusaha membuat tim lebih kompak, bisa bekerja sama, serta saling
mengingatkan dan mendukung saat berlatih. Hukuman Tien Mei pun tak cuma
menghapus jatah libur, tetapi juga bisa berbentuk latihan lebih keras lagi.
Sheilla sebagai libero (penerima bola) pernah dihukum untuk
bisa menerima 10 bola berturut-turut yang dilontarkan Tien Mei ke berbagai
arah. Satu bola gagal diterima dengan baik, hukuman ditambah. “Saya pernah
hampir pingsan. Badan saya juga lebam-lebam karena jatuh bangun mengambil
bola,” kata Sheilla. Namun, cara itu dianggap bisa memperbaiki kelemahan
tekniknya. Tim mereka juga pernah dihukum lari keliling lapangan voli 33 kali
hanya dalam waktu 10 menit.
Cara Li Huanning
Pelatih tim putri Gresik Petrokimia yang juga asal China,
Li Huanning, juga menerapkan sistem penghargaan dan hukuman. Setiap kekalahan
dibayar dengan latihan fisik dan teknik yang lebih keras. “Kalau biasanya
latihan cuma 2 jam, bisa menjadi 3-4 jam sehari setelah kalah,” kata Bunga Mitasari,
kapten Gresik Petrokimia.
Li Huanning mengatakan, hukuman perlu diterapkan untuk
memacu perbaikan. Namun, ia tentu melihat grafik performa para pemain sebelum
menghukum. “Saya harus memantau kondisi psikologis pemain. Jika performa mereka
banyak turun, saya justru memberi mereka waktu tambahan istirahat agar mental
mereka pulih,” kata Li Huanning. Mayoritas tim Gresik Petrokimia bermaterikan
pemain muda.
Dengan disiplin ini, Gresik Petrokimia pada laga Jumat
malam lalu mampu membuktikan lebih unggul dari tim kuat Jakarta PGN Popsivo
Polwan. Popsivo, yang di putaran pertama memuncaki klasemen sementara,
ditundukkan Petrokimia 0-3. “Ini kemajuan sangat besar. Tetapi, kami tidak
boleh sombong,” kata Li Huanning.