Pelatih Ibarsyah Djanu Kecewa dengan penampilan anak asuhnya di Final four yang tidak maksimal |
Tim voli putra Surabaya Bhayangkara Samator, sang juara
kejuaraan Proliga 2016, gagal merebut posisi ketiga Proliga 2017. Inilah ironi
Samator, tim yang tercatat pernah lima kali menjuarai Proliga.
Pada pertarungan demi gengsi di Gelanggang Olahraga C-tra
Arena, Bandung, Jawa Barat, Minggu (16/4), tim pabrik gas yang digawangi Mahfud
Nurcahyadi, Rivan Nurmulki, dan libero Henry Ade Novian ini nyatanya sulit
memperoleh skor mutlak 3-0 atau 3-1 pada laga melawan Palembang Bank
SumselBabel.
Malang tak kuasa ditolak, mereka justru kalah 1-3 (20-25,
25-20, 20-25, 20-25) dari SumselBabel. Kegagalan merebut skor kemenangan mutlak
membuat Samator gagal mengungguli pesaingnya di klasemen, Jakarta BNI Taplus.
Di seri terakhir putaran final yang berlangsung di Bandung,
14-16 April, BNI Taplus dan Samator sama-sama sudah mengantongi empat
kemenangan. Hanya saja, BNI Taplus unggul poin, yaitu empat poin, sedangkan
Samator baru tiga. Andai Samator menang mutlak atas Bank SumselBabel, poin
mereka akan menjadi enam, melebihi BNI Taplus.
Sayang, harapan itu pupus karena Samator bermain buruk.
“Entah ada apa dengan Samator musim ini. Permainan mereka sangat menurun,” kata
Pelatih Palembang Bank SumselBabel Samsul Jais.
Pertandingan Samator melawan Bank SumselBabel tampak kurang
bergairah. Bank SumselBabel, tim dari Provinsi Sumatera Selatan yang sudah
lolos ke final di Yogyakarta, bermain lebih santai. Sementara Samator yang
tertahan masuk final sejak Sabtu lalu, karena kurang dalam jumlah kemenangan,
seperti lesu darah.
Pemain asing mereka, Wilfrido Hernandez, bahkan tidak lagi
diturunkan setelah paruh set kedua. “Secara statistik dia kurang. Tidak banyak
menghasilkan poin,” kata Ibarsjah Djanu Tjahjono, Pelatih Samator.
Pada pertarungan untuk merebut posisi ketiga kemarin,
Samator lebih banyak menyerang. Trio Rivan, Rendy Tamamilang, dan Mahfud di
barisan depan tercatat melakukan 93 kali serangan, separuhnya menghasilkan
poin.
Kubu Bank SumselBabel hanya menyerang 80 kali, lebih dari
separuh serangan itu membuahkan poin lewat smes-smes dua pemain asingnya,
Carlos Arajuo dan Evandro Souza, serta Sigit Ardian. Souza tampak menguasai
barisan depan. Setiap serangan pemain asal Brasil ini hampir selalu mendulang
angka.
Kekuatan Bank SumselBabel bukan hanya pada serangan,
melainkan juga blok-blok yang tidak hanya menutup serangan Samator, tetapi juga
mencetak hingga 12 poin. Adapun blok Samator hanya mampu menuai lima angka.
Tidak stabil
Ibarsjah mengakui permainan tim asuhannya tidak stabil.
Sempat turun mental di Gresik, Jawa Timur, pada putaran penyisihan, grafik
mereka naik lagi di Surabaya dan Malang hingga meloloskan tim itu ke babak
semifinal di Solo dan Bandung.
Namun, kekalahan beruntun di putaran final Solo membuat
nyali mereka merosot lagi di Bandung. Ibarsjah mengatakan, absennya pengumpan
(tosser) Nizar Zulfikar dalam setiap latihan jelang semifinal menjadi salah
satu penyebab kekalahan Samator.
Nizar tidak bisa ikut berlatih karena sedang menjalani
pendidikan untuk masuk menjadi polisi. “Dua minggu dia pendidikan di kepolisian
dan fisiknya terkuras. Dia datang ke semifinal tanpa latihan dan langsung
bermain,” ungkap Ibarsjah.
Ironi sang juara terus berlanjut karena kemampuan tosser
lapis kedua Samator, Ibnu Qurniadi, belum sebanding dengan Nizar. Pemain asing
yang dikontrak Samator untuk musim Proliga kali ini, Hernandez, ikut membuat
performa tim itu merosot.
Sepanjang pertarungan di semifinal saat melawan Jakarta BNI
Taplus dan Palembang Bank SumselBabel, Hernandez tidak banyak menyerang. Ia
tercatat banyak menyerang saat bertemu Pertamina. Tentu ini menjadi pekerjaan
rumah kubu Samator untuk membenahi timnya agar kembali merajai Proliga.
Sumber : Harian Kompas