Partai Jakarta Elektrik melawan Jakarta Pertamina pada Final Four Bandung menjadi ajang pemanasan kedua tim sebelum bertemu di Grand Final Yogyakarta nanti |
Putaran
final kejuaraan bola voli Proliga 2017 di GOR C-tra Arena Bandung, Jawa Barat,
Minggu (16/4), ditutup dengan laga atraktif. Setelah penampilan buruk putra
Surabaya Bhayangkara Samator dan Palembang Bank Sumselbabel, gairah penonton
kembali terpompa oleh laga tim putri Jakarta Elektrik PLN melawan Jakarta
Pertamina Energi.
Siapa
yang tak ingin menonton kepiawaian Elektrik PLN di lapangan? Apalagi lawannya
tim kuat Pertamina Energi. Meski usia Pertamina lebih muda dari Elektrik di
Proliga, tim itu tak bisa diremehkan.
Putri
Pertamina Energi yang mengawali debut di Proliga pada 2013 langsung memuncaki
kejuaraan berhadiah ratusan juta rupiah itu pada 2014. Dua tahun berikutnya,
tim itu membayangi Elektrik PLN di tiga besar.
Sementara
kekuatan putri Elektrik PLN asuhan pelatih China Tien Mei di Proliga juga tidak
diragukan lagi. Tim ini lima kali meraih gelar juara Proliga (2004, 2009, 2011,
2015, dan 2016) dan empat kali berada di posisi runner-up (2005, 2008, 2010,
dan 2012).
Musim
ini Elektrik PLN dan Pertamina Energi masih menjadi tim kuat. Keduanya meraih
tiket ke grand final di Yogyakarta, 23 April mendatang, setelah menyelesaikan
laga empat besar di Bandung. Dua tim lain, PGN Popsivo Polwan dan Gresik Petrokimia,
tersingkir di laga empat besar itu.
Pada
laga Elektrik PLN melawan Pertamina Energi, Minggu malam, kedua tim beradu
kekuatan dan strategi. Laga ini sekaligus menjadi ajang bagi mereka untuk
menjajaki kelemahan lawan sebagai persiapan menjelang laga di grand final.
“Saya
tidak memberi target anak-anak untuk menang. Bermain santai dan lebih fokus
untuk ke final saja. Pertemuan ini bagi saya untuk penjajakan,” kata Risco
Herlambang, Pelatih Pertamina Energi.
Begitu
pemain kedua tim turun ke lapangan, penonton gegap gempita. Tribune
berkapasitas 3.000 penonton penuh. Dengan tiket seharga Rp 50.000, penonton
yang tidak bisa menyaksikan laga puncak keduanya di Yogyakarta cukup terhibur
menonton laga itu.
“Loh
saya ini malah bisa lebih dulu nonton mereka main. Jadi tidak perlu ke Yogya
enggak apa-apalah,” kata Cahyadi, warga Sukaluyu, Bandung, penggemar Pertamina
Energi. Ia mengaku tidak punya ongkos untuk ke Yogyakarta.
Sepanjang
pertandingan, Cahyadi berdiri di tribune paling depan dan berteriak menyebut nama-nama
pemain Pertamina setiap kali mereka memainkan bola. “Iya. Mutiara. kasih bola
itu ke Anna. Anna, Anna kasih tipuan. ya,” teriak Cahyadi, saat Tri Retno
Mutiara, setter (pengumpan) Pertamina, mengarahkan bola kepada rekannya, Anna
Stepaniuk, spiker asal Ukraina.
Stepaniuk
banyak menghasilkan poin bagi Pertamina dengan tipuan-tipuan di depan net.
Alih-alih memberi smes keras, Stepaniuk menerobos blocker Elektrik PLN dengan
bola pelan yang sedikit dilambungkan, melampaui tangan-tangan Aprilia Manganang,
Jose Maria, dan Stazler Lindsay dari PLN yang mengeblok di depan net.
Penonton
heboh, pemain pun ikut heboh. Di tengah lapangan, pemain kedua tim tampak lebih
ekspresif meluapkan rasa gembira setiap kali mereka mampu menerobos dan membuat
mati kubu lawan.
Sementara
Tien Mei hanya duduk diam, mengawasi pertandingan. Adapun Risco tampak
tersenyum acap kali timnya meraih poin. Laga malam itu dimenangi Elektrik PLN
3-1 (26-24, 22- 25, 25-21, 25-22).
Lalu,
kira-kira siapa yang akan menang di laga final nanti? “Ah tidak ada jaminan
mereka tetap akan menang,” kata Risco.
Sumber : Harian Kompas