Di tengah gemuruh sorak penonton pada babak empat besar
Proliga 2017 di GOR Sritex Arena, Solo, Sabtu (8/4), Adit dan rekan-rekannya
sibuk memasukkan data statistik permainan di laptop. Mereka memasukkan
kode-kode ke perangkat lunak setiap pemain melakukan spike, servis ace, blok,
dan meraih skor.
“Ini adalah VIS, volleyball information system,” kata Adit,
menjelaskan tentang perangkat lunak di laptop itu.
VIS telah lama digunakan Federasi Bola Voli Internasional
(FIVB) untuk menghitung statistik setiap pemain voli dalam sebuah pertandingan.
Data yang didapat di antaranya berapa kali pemain melakukan percobaan spike dan
berapa banyak pemain menghasilkan angka. Data itu dikumpulkan dalam basis data
Proliga.
Berikut contoh hasil penggunaan VIS yang digunakan oleh federasi
voli dunia FIVB >> http://www.fivb.org/en/volleyball/Documents/FIVB_MWCH2010_Players_Rankings.pdf
Anderson Marbun dari bidang VIS Proliga mengatakan, setiap
tim di Proliga akan diberikan data ini jika meminta. Sejumlah pemain terkadang
juga meminta untuk mengevaluasi permainan mereka.
Asisten pelatih Jakarta Elektrik PLN, Abdul Munif,
mengatakan, data statistik pemain itu penting. Namun, selama ini timnya lebih
banyak menggunakan pendekatan pengamatan pelatih. “Kalau tim lain, mungkin
berbeda,” katanya.
Penggunaan statistik sangat intensif, terutama di negara
yang olahraganya maju, seperti Amerika Serikat. Major League Baseball (MLB),
misalnya, menggunakan statistik sabermetric yang cukup kompleks.
Penggunaan statistik dalam sepak bola pun sudah lazim.
Statistik pemain dan tim, seperti berapa kali tendangan, menggiring, tekel, sundulan,
tendangan ke gawang, umpan, dan berapa penguasaan bola, sudah lazim dipakai
saat ini. Dalam bentuk paling sederhana, data statistik sepak bola biasanya
hanya berapa kali seorang pemain tampil dan mencetak gol.
Masih minim
Data statistik olahraga tidak hanya untuk keperluan
analisis pemain dan strategi permainan, tetapi sudah berkembang menjadi
industri tersendiri. Sayangnya, penggunaan dan ketersediaan statistik untuk
analisis atau sumber data pemain di Indonesia masih minim. Bahkan, untuk olahraga
populer, seperti sepak bola, data pemain Indonesia sulit ditemukan. Untuk
mencari data statistik pemain yang pernah memperkuat timnas saja sulit, apalagi
mencari data para pemain muda.
Dalam pertemuan antara pelatih tim nasional Indonesia Luis
Milla dan jajaran redaksi sejumlah media di Karawaci, beberapa waktu lalu,
Direktur Media dan Hubungan Internasional PSSI Hanif Thamrin mengatakan, basis
data pemain memang dibutuhkan. Untuk itu, PSSI akan melakukan perbaikan
sehingga data dan statistik pemain bisa tersedia guna membantu pelatih
menganalisis permainan atau memilih pemain.
Di kompetisi sepak bola usia muda, Liga Kompas Gramedia
(LKG) Panasonic U-14 telah menekankan pentingnya penggunaan data statistik
pemain dalam menganalisis para pemain yang tampil di liga itu. Bekerja sama
dengan Labola, LKG mencatat statistik yang ditorehkan pemain dalam setiap
pertandingan.
Statistik itu lalu digunakan, salah satunya, untuk memilih
pemain yang akan mewakili LKG tampil di Piala Gothia Cup, di Gothenburg, Swedia,
yang sering disebut sebagai piala dunia anak-anak. Keputusan tim pemandu bakat
juga didasarkan pada catatan statistik penampilan pemain yang dikumpulkan
selama kompetisi berlangsung.
LKG diikuti 16 tim SSB dan telah berlangsung selama tujuh
musim. Jika satu tim katakanlah yang reguler bermain 18 orang, selama satu
musim akan didapatkan data sekitar 288 pemain muda. Tentu ini menjadi kekayaan
yang luar biasa jika bisa dimanfaatkan bagi pembinaan usia muda.
Direktur Proliga Hanny S Surkatty menekankan pentingnya
data statistik untuk menganalisis pemain sehingga pihaknya selama beberapa
musim telah menerapkan VIS. Data statistik itu dipakai untuk pemilihan pemain
terbaik Proliga.
Menurut Hanny, data VIS dari Proliga ini dapat digunakan
untuk memilih pemain tim nasional voli Indonesia. Sejauh ini telah terseleksi
hampir 28 pemain dari Proliga.
Sumber : harian Kompas