RENDY FEBRIANT TAMAMILANG, RELA TINGGALKAN KAMPUNG HALAMAN DEMI CITA-CITA

Rendy Tamamilang : juara.net

Rendy Febriant Tamamilang menjadi salah satu andalan tim bola voli putra Surabaya Bhayangkara Samator dalam mengarungi persaingan pada Proliga 2017.

Dalam usia yang tergolong belia, 20 tahun, Rendy sudah banyak mencicipi gelar pada berbagai kompetisi voli. Dia juga berhasil mengantar Samator menjuarai Proliga 2014 dan 2016.

Mimpi Rendy menekuni voli bermula dari Kota Bitung, Sulawesi Utara (Sulut). Pemain yang menempati posisi open spiker itu sudah mengenal olahraga tersebut sejak Sekolah Dasar (SD).

"Saya kenal voli saat kelas 2 SD, ikut-ikutan main saja. Baru mengikuti kompetisi saat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Saya bisa bermain voli secara otodidak, berlatih sendiri di dekat rumah," kata Rendy kepada JUARA di Restoran Bumbu Desa, Palembang.

Kepiawaian bermain bola voli didapat secara turun temurun dari sang kakek yang sempat berkiprah hingga tingkat provinsi. Ayah Rendy, Frits Tamamilang juga pernah masuk tim nasional (timnas) untuk tingkat kelompok usia.

"Saat kelas 3 SMP saya berhasil menembus final pada Pekan Olahraga Pelajar Daerah (Popda) 2009. Sejak babak awal saya tidak memberi tahu keikutsertaan saya di sana. Saat masuk final, saya kabari orangtua. Mereka baru tahu kalau ternyata saya bisa bermain voli," tutur Rendy.

Bakat anak kedua dari tiga bersaudara ini mulai dilirik Samator ketika sedang mempersiapkan diri mewakili Sulut pada Pekan Olahraga Nasional (PON) Riau.

"Pada 2011, saya melakukan latih tanding bersama Ayip Rizal (pemain timnas). Di sana, saya belajar bagaimana teknik bermain voli yang benar. Setelah itu, saya diajak ke Sentul untuk mulai berlatih bersama Samator," ucap pemain kelahiran 12 Februari 1996 ini.
Meskipun masih berusia 15 tahun, Rendy berani jauh dari orangtua dan keluarga demi mewujudkan mimpi sebagai pemain voli nasional.

"Sebenarnya saya mendapat beasiswa untuk meneruskan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) I Manado. Tetapi, kalau saya di Manado terus, saya tidak akan berkembang. Saya juga tidak mau menyusahkan orang tua. Makanya, saya pilih berkarier voli ke pulau Jawa," aku Rendy.

Rendy juga sempat dibujuk salah satu pelatih PON agar mengurungkan niatnya hijrah ke pulau Jawa. Namun, tekadnya sudah bulat untuk berlatih ke Samator yang bermarkas di Driyorejo, Gresik.

"Orangtua sempat melarang saya pergi bersama Samator. Setelah mengetahui tekad dan cita-cita saya, mereka memberi restu," ucap Rendy.

"Sebelum berangkat, mereka memberi pesan agar saya bisa bertahan di Samator dan melalui berbagai tantangan dengan tegar. Sampai pulau Jawa, saya bertekad untuk jadi pemain sukses," ujar pemilik tinggi badan 191 sentimeter ini.

Selama 1,5 tahun berlatih dengan Samator, Rendy terpilih mengikuti kejuaraan nasional yunior pada 8 Juli 2012 dan berhasil membawa timnya menjadi juara.

Pada Desember 2012, dia terpilih mengikuti Livoli. Saat itu, dia merasa masih canggung dan kaku ketika bermain.

Kekurangan tersebut dia perbaiki ketika mewakili Indonesia pada Asian School Games 2013. Hasilnya, Merah Putih menjadi juara.

"Setelah itu, saya mulai turun pada Proliga 2012 dan masih menjadi cadangan. Saya kemudian terus memperbaiki diri dengan mempelajari teknik pemain idola saya, Bli I Nyoman Rudi Tirtana (mantan pemain timnas)," kata Rendy.

Kemampuan Rendy kian terasah setelah dia berhasil membawa Tanah Air menjuarai Asian School Games 2013.

Setahun kemudian, dia terpilih masuk dalam tim inti Samator dan mampu mengantar Samator naik podium kampiun pada Proliga 2014.

Tak hanya itu, dia dinobatkan sebagai pemain terbaik (Most Valuable Player/MVP) Proliga 2014 ketika masih berusia 18 tahun. Dia menjadi MVP termuda di sektor putra sejak turnamen ini digelar pada 2002.

Keberhasilannya ini membawa dia terpilih masuk dalam timnas SEA Games Singapura 2015. Namun, tim Merah Putih hanya mampu menyumbang medali perunggu.

"Timnas Indonesia, sudah beberapa kali kalah dari Thailand. Kami kurang mengikuti uji coba karena hanya mengandalkan Proliga sebagai satu-satunya kompetisi tertinggi," tutur Rendy.

Pada 2016, Rendy kembali membawa Samator menjuarai Proliga setelah menaklukkan Jakarta BNI Taplus. Dia juga mendapat gelar sebagai server terbaik.

Berbagai prestasi yang telah dia raih membuat Rendy terpilih mengikuti pendidikan di Sekolah Polisi Negara (SPN) sejak September 2016 dengan durasi selama tujuh bulan.

"Sebenarnya ada tiga instansi lain yang meminta saya bergabung (AU, AD, AL). Saya pilih kepolisian karena memberi izin untuk saya bertanding voli meskipun saat ini sedang bertugas menjalani pendidikan. Kalau masuk instansi lain agak sulit mendapat izin," tutur Rendy.

"Saat pendidikan, latihan yang saya jalani cukup berat dari 04.00 hingga 23.00 WIB. Latihan yang saya ikuti meliputi menembak, outbond, baris-berbaris, dan pengendalian massa. Meskipun berat, saya menikmati karena ini sudah menjadi cita-cita sejak lama (jadi polisi)," aku Rendy.

Rencananya, pendidikan Rendy di SPN akan berakhir pada Maret 2017. "Tetapi, pendidikan saya tinggal dulu karena sekarang sedang bertanding di Proliga," ujar mahasiswa jurusan manajemen Universitas Yos Sudarso ini.

Rendy bertekad kembali membawa Samator kembali mengukir gelar pada Proliga 2017. Dia juga berencana membeli rumah di Surabaya setelah resmi bekerja di kepolisian."Itu baru rencana. Yang terpenting, saya fokus dulu di Proliga," katanya.

Juara.net



Artikel Terkait

Previous
Next Post »